Sejarah Kabupaten Temanggung
Dari buku sejarah karangan I Wayan badrika disebutkan
bahwa Rakai Pikatan selaku raja Mataram Kuno berkeinginan menguasai
wilayah Jawa Tengah. Namun untuk merebut kekuasaan dari raja Bala Putra
Dewa selaku penguasa kerajaan Syailendra tidak berani. Maka untuk
mencapai maksud tersebut Rakai Pikatan membuat strategi dengan
mengawini Dyah Pramudha Wardani kakak raja Bala Putra Dewa dengan tujuan
untuk memiliki pengaruh kuat di kerajaan Syailendra. Selain itu Rakai
Pikatan juga menghimpun kekuatan yang ada di wilayahnya baik para
prajurit dan senapati serta menghimpun biaya yang berasal dari upeti
para demang. Pada saat itu yang diberi kepercayaan untuk mengumpulkan
upeti adalah Demang Gong yang paling luas wilayahnya. Rakai Pikatan
menghimpun bala tentara dan berangkat ke kerajaan syailendra pada
tanggal 27 Mei 855 Masehi untuk melakukan penyerangan. Dalam penyerangan
ini Rakai Pikatan dibantu Kayu Wangi dan menyerahkan wilayah kerajaan
kepada orang kepercayaan yang berpangkat demang. Dari nama demang dan
wilayah kademangan kemudian muncul nama Ndemanggung yang akhirnya
berubah menjadi nama Temanggung.
Catatan sejarah Temanggung berasal dari :
- Prasasti Wanua Tengah III, Berkala arkeologi tahun 1994 halaman 87 bahwa Rakai Pikatan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 855 M.
- Prasasti Siwagrha terjemahan Casparis (1956 - 288), pada tahun 856 M Rakai Pikatan mengundurkan diri.
- Prasasti Nalanda tahun 860 (Casparis 1956, 289 - 294), Balaputra dewa dikalahkan perang oleh Rakai Pikatan dan Kayu Wangi.
- Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Aekeologi Tahun 1994 halaman 89, Rakai Kayu Wangi naik tahta tanggal 27 Mei 855 M.
- Dalam buku karangan I Wayan Badrika halaman 154, Pramudya Wardani kawin dengan Rakai Pikatan dan naik tahta tahun 856 M. Balaputra Dewa dikalahkan oleh Pramudha wardani dibantu Rakai Pikatan (Prasasti Ratu Boko) tahun 856 M.
Catatan diatas dapat disimpulkan bahwa
Rakai Pikatan mengangkat putranya Kayu Wangi. Selanjutnya mengundurkan
diri dan meninggalkan Mataram untuk kawin dengan Pramudha Wardani. Dalam
peperangan melawan Balaputra Dewa, Rakai Pikatan dibantu putranya Kayu
Wangi.
Riwayat Singkat Hari Jadi Kabupaten Temanggung
Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda, Nomor
11 Tanggal 7 April 1826, Raden Ngabehi Djojonegoro ditetapkan sebagai
Bupati Menoreh yang berkedudukan di Parakan, dengan gelar Raden
Tumenggung Aria Djojonegoro. Setelah perang Diponegoro berakhir, beliau
kemudian memindahkan Ibu Kota ke Kabupaten Temanggung. Kebijaksanaan
pemindahan ini didasarkan pada beberapa hal; Pertama, adanya pandangan
masyarakat Jawa kebanyakan pada sat itu, bahwa Ibu Kota yang pernah
diserang dan diduduki musuh dianggap telah ternoda dan perlu
ditinggalkan. Kedua, Distrik Menoreh sebuah daerah sebagai asal nama
Kabupaten Menoreh, sudah sejak lama digabung dengan Kabupaten Magelang,
sehingga nama Kabupaten Menoreh sudah tidak tepat lagi. Mengingat hal
tersebut, atas dasar usulan Raden Tumenggung Aria Djojonegoro, lewat
esiden Kedu kepada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia, maka disetujui
dan ditetapkan bahwa nama Kabupaten Menoreh berubah menjadi Kabupaten
Temanggung. Persetujuan ini berbentuk Resolusi Pemerintah Hindia Belanda
Nomor 4 Tanggal 10 Nopember 1834.
Mempertimbangkan bahwa Hari
Jadi Daerah merupakan awal perjalanan sejarah, agar diketahui semua
lapisan masyarakat, guna memacu meningkatkan semangat pembangunan dan
pengembangan daerah, maka Pemerintah Kabupaten Dati II Temanggung
menugaskan kepada DPD II KNPI Kabupaten Temanggung untuk mengadakan
pelacakan sejarah dan seminar tentang Hari Jadi Kabupaten Temanggung.
Dari hasil seminar tanggal 21 Oktober 1985, yang diikuti oleh Sejarawan,
Budayawan dan Tokoh Masyarakat, ABRI, Rokhaniwan,
Dinas/Instansi/Lembaga Masyarakat dan lain-lainnya, maka ditetapkan
bahwa tanggal 10 Nopember 1834 sebagai Hari Jadi Kabupaten Temanggung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar