Hari Pertama
Tepat
tanggal 15 Nopember, saya tiba di sebuah bandara, bandara Jalaluddin namanya.
Bandara ini terletak disebuah semenanjung sebelah utara dari pulau celebest
atau sulawesi orang bilang. Gorontalo itulah nama kotanya, sebuah kota yang
berdiri dengan sejarah panjangnya yang bagus dan penuh dengan intrik-intrik
khas milik rakyat Hulontalo. Hulontalo merupakan nama dahulu dari Gorontalo
yang didasari oleh berdirinya kerajaan Hulantalangi yang merupakan gabungan
dari 17 (tujuh belas) kerajaan kecil di semenanjung utara pulau Sulawesi ini.
Hari pertama aku tiba di sebuah daerah yang berbama Limboto, yang merupakan
ibukota Kabupaten Gorontalo. Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari Kota
Gorontalo dan sebelah timur dari Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato.
Sedari
bandara aku langsung dijemput oleh sahabat lamaku yang kini sudah menjadi CPNS
dosen di sebuah perguruan tinggi Agama Islam, IAIN Sultan Amai namanya. Akau
dan sahabatku langsung berjalan menuju pusat kota Limboto, di sana terdapat
kampus II IAIN Sultan Amai Gorontalo yang tepatnya di desa Pone, sekitar 5 KM
dari pusat kota Limboto. Setelah melihat-lihat keadaan kampus, aku langsung
bergegas ke Kota Limboto, di sana terdapat Menara Limboto atau orang bilang
miniatur dari Menara Eifel yang ada di Paris. Sebenarnya Menara Limboto ini
merupakan menara masjid agung Limboto, yang hanya saja terletak di
tengah-tengah jalan raya dilalui oleh banyak pengendara. Begitu indahnya menara
tersebut sehingga menjadi salah satu ikon Propinsi Gorontalo dan menjadi ikon
Kota Limboto.
Sekitar
jam 8 pagi aku tiba di kontrakan sahabatku untuk beristirahat dan sebagai
tempat singgahku selama di Kota Gorontalo. Sekitar jam 9 pagi, kami langsung
menuju kampus I IAIN Sultan Amai Gorontalo yang tidak begitu jauh dari
kontrakan, sekitar 10 menit perjalanan. Kampusnya begitu indah dengan
dikelilingi bukit-bukit dan dilewati oleh irigasi kecil yang masih bagus dan
terjaga kealamiannya. Kami langsung menuju UPT Perpustakaan kampus sebagai
tempat singgah selama berada di kampus I , dan sambil menunggu sahabatku
mengajar para mahasiswanya selama 1 kali pertemuan. Sembari menunggu sahabatku,
aku berkeliling melihat kampus yang cukup luas dan terdapat Fakultas Tarbiyah ,
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Fakultas Syariah dan beberapa sarana-prasarana kampus
yang diperlukan oleh para mahasiswa. Depan kampus terdapat banyak toko dan
warung makanan dan juga terdapat 2 (dua) masjid yang berbeda ormas yaitu 1
(satu) masjid milik ormas NU dan 1
(satu) masjid milik ormas Muhammadiyah.
Masih di
hari yang sama yaitu kamis, sekitar jam 15.15 kami langsung bergegas untuk
berziarah ke makam auliya yang ada di sini, pertama ke makam aulia Male Ta
Ilayabe di dekat pelabuhan Gorontalo sekitar 30 menit dari pusat kota dengan
menggunakan sepeda motor yang terdapat di atas bukit yang sebelumnya harus naik
dengan sekitar 150 anak tangga. Kami berziarah sekitar 1 jam di sana dan
Alhamdulillahnya langsung bertemu dengan penjaga makan, sehingga kami bisa
masuk dan melihat langsung makan aulia tersebut, Subhanallah sekali karena ini
meruoakan rejeki orang jauh yang bisa datang melihat dan mendo’akan beliau dari
tempat aslinya. Sekitar jam 16.45, kami bergegas menuju makam raja Jo Panggola
yang terletak dekat dengan Danau Limboto dan Titik pertama Presiden Soekarno
mendarat di Proponsi ini (dahulu masih bagian dari Sulawesi Utara). Berziarah
di sini lebih ramai dan banyak pengemis dari warga sekitar dan terdapat
tandatangan Masyarakat Gorontalo kepada Unesco yang mendukung Danau Limboto
menjadi warisan dunia dari Indonesia khususnya Gorontalo.
Perjalanan
dari kota Gorontalo menuju Jo Panggola sekitar 35-40 menit, Tepat menjelang
maghrib kami bergegas menuju pulang dan singgah dulu di masjid untuk menunaikan
sholat maghrib. Pukul 20.30 kami tiba di kontrakan, dan saya mempersiapkan
peralatan untuk ujian SKD (CAT) CPNS esok paginya.
Hari Kedua
Hari
Jum’at tanggal 16 Nopember 2018 telah tiba, tepatnya jam 7 aku bergegas ke
Damhil UNG (Universitas Negeri Gorontalo) dengan diantar oleh sahabatku,
registrasi terus dilakukan dengan mengantri dibelakang ribuan peserta SKD CPNS
lainnya. Pukul 08.00 semua peserta dihimbau untuk memasuki ruangan aula/hall
Damhil, sekitar 300 peserta masuk dalam keadaan siap menghadapi soal-soal SKD
sebanyak 100 soal terdiri dari TWK (Tes Wawasan Kewarganegaraan), TIU (Tes
Inteligensi Umum) dan TKP (Tes Karakter Pribadi) yang diberi waktu selama 90
menit. Tepat pukul 10.30 seluruh peserta dipersilahkan keluar ruangan ujian,
dan hasil pun saat itu langsung keluar dan milikku 95 (TWK), 65 (TIU), 126
(TKP) dengan total 286.
Setelah
selesai mengerjakan ujian SKD, aku langsung bergegas ke Masjid Besar UNG yang
berada di sebelah barat UNG kampus 1. Selesai sholat, sahabatku langsung
menjemputku di depan masjid, karena kami sholat jum’at di tempat yang berbeda.
Kemudian, kami langsung tancap ke kontrakan untuk beristirahat hingga sore
hari. Hujan mengguyur kota Gorontalo sedari pukul 17.00 hingga menjelang adzan
isya. Setelah menunaikan sholat isya, kami langsung mencari kranjang (sebuah
songkok khas Gorontalo yang terbuat dari rotan kecil) yang dibentuk begitu
indah, harganya bervariasi untuk yang kranjang berbentuk songkok bertuliskan
“PROVINSI GORONTALO” berkisar IDR 135.000, untuk songkok polos tanpa tulisan
dan hanya motif berkisar IDR 100.000, dan untuk kranjang berbentuk peci
berkisar IDR 50.000.
Hari Ketiga
Tepat
pukul 09.00 aku, sahabatku dan teman kenal di sini bersiap-siap untuk City
Tour menggunakan kendaraan roda dua kami. Tujuan pertama kami ialah kampung
kerajaan Bubohu di dekat
pantai dulanga Kota Gorontalo. Di sana banyak sekali peninggalan sejarah
kerajaan Bubohu seperti rumah adat dan beberapa gambaran struktural trah
kerajaan Bubohu dan kerajaan Hulantangi hingga lahirnya Hulontalo atau
Gorontalo ini. Dalam wisata tersebut, kami bisa berfoto ria dan memberi makan
burung dara dengan jagung mentah dengan harga berkisar IDR 3.000 s/d 5.000.
Kami menghabiskan sekitar satu setengah jam di lokasi tersebut, setelah itu
kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Kubah Emas Batudaa, di sana terdapat
banyak lokasi spot foto yang indah, dari bunga kayu, rumah kayu, kubah masjid
hingga kolam-kolam sekitar masjid yang indah.
Biaya
masuk dan parkir cukup murah, hanya IDR 5.000/orang yang bisa kita nikmati
sepuasnya, dan medan menuju masjid tersebut tidak begitu sulit, hanya penuh
dengan tanjakan dan turunan yang curam. Jika kita naik ke puncak masjid,
maka akan tampak hamparan desa di pesisir batudaa pantai Gorontalo, hamparan
laut teluk tomini dan indahnya barisan bukit yang menjaga selatan pesisir
provinsi ini. Setelah kami berwisata ria di wisata Masjid Kubah Emas, kami
melanjutkan perjalanan menuju pantai Dulanga Batudaa yang tidak jauh dari
lokasi kerajaan Bubohu. Pantai tersebut masih tampak asri, dan terdapat
beberapa wisata buatan seperti ayunan bertuliskan PANTAI DULANGA, spot foto
LOVE yang terbuat dari kayu, spot foto sarang burung dan indahnya hamparan
pantai pasir putih dengan barisan batu karangnya. Saat kami tiba di lokasi
ternyata bertepatan dengan adanya agenda mahasiswa Unikhsan sehingga pantai
tampak ramai, dan di beberapa lokasi terdapat proses pembangunan untuk
mempercantik pantai ini.
Selanjutnya kami menuju Bone Bolango, sebuah
kabupaten di timur Kota Gorontalo dan kami berhenti sejenak di warung kopi
dekat komplek pemerintahan Provinsi Gorontalo dan kami pun berjumpa dengan
rekan kami sama-sama dari jawa, mereka bertiga mengendarai sebuah bentor yang
kebetulan akan berkunjung ke komplek Pemerintahan Provinsi Gorontalo. Setengah
jam kemudian kami beranjak dari warung kopi menuju Benteng Ulantha di Kabupaten
Bone Bolango, kami bertiga menghabiskan waktu sekitar 2 jam, dan biaya yang
dikenakan pun hanya biaya parkir saja IDR 2.000. Kami menaiki kedua tower
Benteng Ulantha dan tampak barisan pegunungan dan bukit yang mengelilingi
Provinsi Gorontalo, tampak kampus UNG terbaru dan kantor pemerintahan Kabupaten
Bone Bolango. Benteng ini masih dalam proses pembangunan dan kalau dilihat dari
depan tampak benteng jaman kerajaan romawi. Menuju benteng ini, kita harus
mendaki anak tangga sekitar 30 anak tangga yang berada di belakan kantor salah
satu dinas Kabupaten Bone Bolango.
Tepat pukul 16.10, kami singgah di Masjid Agung Bone
Bolango untuk menunaikan sholat ashar, selepas sholat kami lanjut mampir di De Center
Point, yang tampak seperti bundaran tiga persimpangan. Di lokasi ini tampak
sebuah bangunan seperti Benteng Berlin Bersatu di Jerman atau Benteng Simpang
Lima Gumul di Kediri, dan terdapat pula tulisan besar “ DE CENTER POINT” yang
dibelakangnya terhampar sawah yang hijau nan luas. Sembari menikmari sore yang
sejuk, kami mencicipi nasi goreng merah dan pisang goroho dengan sambalnya yang
begitu pedas serta ditemani dengan secangkir teh hangat. Jam sudah menunjukan
17.45 WITA yang artinya kami harus segera beranjak pergi menuju Kota Gorontalo.
Setibanya kami di kontrakan sekitar pukul 19.30, ternyata teman-teman telah
bersiap-siap untuk bakar ayam sebagai proses menghormati kedatangan saya,
walaupun tidak lolos passing grade CPNS, setidaknya saya telah menyambung
silaturahmi dengan teman-teman baru di Kota Serambi Madinah ini.
Hari Keempat
Tepat
pukul 08.00 aku dan sahabatku beranjak menuju Benteng
Otanaha di Batudaa, Kabupaten Gorontalo yang dapat ditempuh sekita 30 s/d 45
menit dari pusat kota Gorontalo. Komplek Benteng Otanaha terdapat tiga buah benteng (dua benteng
berada di puncak dan satu benteng terletak disekitar lebih rendah 300 M dari
puncak). Dari puncak Benteng Otanaha. Kita bisa melihat Danau Limboto yang
begitu luas, hambaran pegunungan/bukit di utara dan selatan Provinsi Gorontalo
dan pedesaan-pedesaan di sekitar Kabupaten Gorontalo. Biaya masuk wisata
benteng ini hanya IDR 5.000/orang dan biaya parkir IDR 2.000/motor dan IDR
4.000/mobil. Ada dua jalur menuju komplek Benteng Otanaha, satu melalui jalur
pedesaan yang nantinya kita harus mendaki sekitar 300 anak tangga untuk
mencapai puncak Benteng Otanaha, dua jalur menggunakan kendaraan baik roda dua
dan roda tiga. Benteng Otanaha ini dibuat sejak jaman penjajahan Belanda dan
nama benteng pun diambil dari salah satu petinggi Belanda. Benteng ini dibuat
untuk menghalau musuh-musuh yang akan menyerang mereka.
Tepat pukul 10.30 WITA kami turun dari komplek
Benteng Otanaha menuju Masjid Hunto Sultan Amai dan kami pun berziarah ke makan
Raja Islam pertama di kerajaan Gorontalo beserta para masyayikh yang ikut
berjuang menyebarkan agama Islam di bumi Serambi Madinah ini. Selepas ziarah,
kami melanjutkan menunaikan sholat dzuhur berjamaah dan setelah itu kami menuju
pusat oleh-oleh Pia Saronde khas Gorontalo di dekat Mall Gorontalo. Pukul 13.30
WITA kami langsung menuju bandara Jalaluddin Gorontalo, karena dijadwalkan
pesawat akan take off sekitar 15.10
WITA menuju Jakarta dengan transit di bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Kami
tiba di bandara sekitar pukul 14.30 dan langsung saya berpamitan dengan
sahabatku, Alhamdulillah menuju check-in pun masih buka dan menerima saya.
Ternyata pesawat yang akan saya gunakan mengalami delay yang akan dijadwalkan berangkat 15.10 WITA, menjadi tidak
menentu dengan kejadian ini saya bisa sejenak menunaikan sholat ashar. Akhirnya
pesawat tiba di bandara Jalaluddin pada pukul 15.45 WITA dan segera mengangkut
para penumpang dan rencana akan take off
pada pukul 16.10 WITA.
Pukul 16.10 WITA pesawat landing transit di bandara Sultan Hasanuddin Makassar dan saya pun
menunaikan sholat jama’ taqdim magrib
dan isya sekaligus dinner setelahnya.
Diinfokan oleh informan bandara bahwa pesawat yang akan membawa saya ke Jakarta
mengalami delay hingga waktu yang
tidak bisa ditentukan. Tepat pukul 19.15 WITA, pesawat pun tiba dan seluruh
penumpang bergegas menuju pesawat. Pukul 21.28 WIB kami tiba di bandara
Soekarno-Hatta terminal 1, dan saya pun langsung beranjak ke parkir motor yang
dikenakan biaya IDR 5.000/hari/motor cukup murah bukan. Pukul 23.35 WIB saya
pun sampai di rumah. Alhamdulillah .. selamat dan semoga ada kebijakan baru di
seleksi CPNS 2018 ini.
Semoga temen-temen ada waktu untuk singgah ke BUMI
SERAMBI MADINAH.. Amiinnn