Sabtu, 30 November 2019

KOMPETISI BATERAI LITHIUM DI DUNIA


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah satunya ialah Nikel. Nikel merupakan mutiara tersembunyi yang Indonesia miliki. Komponen ini berasal dari pecahan meteorit masa lampau yang telah bersatu dengan mineral bumi sehingga menjadi sebuah sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia terutama untuk mengembangan teknologi kekinian.

Menurut para peneliti kandungan dalam nikel berupa unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunya sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Harga nikel berhasil berbalik menguat setelah terdepresiasi 6 perdagangan berturut-turut hingga menyentuh level terendahnya sejak perdagangan tiga bulan lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (22/11/2019), harga nikel di bursa London bergerak menguat 0,97% menjadi US$14.642 per ton. Adapun, sepanjang tahun berjalan 2019, harga nikel telah bergerak menguat signifikan 36,4% dari harga awal tahun ini di US$10.677,5 per ton akibat tekanan pasokan ditambah dengan larangan ekspor bijih nikel oleh Indonesia yang dimajukan dua tahun lebih awal. 

Kendati demikian, dalam beberapa perdagangan terakhir penguatan harga nikel tidak lagi menggebu-gebu seperti yang terjadi pada perdagangan awal tahun ini. Hal tersebut dikarenakan proyeksi permintaan yang dalam tekanan akibat perang dagang AS dan China mengalahkan sentimen pasokan yang menipis.

Nikel sendiri memiliki manfaat besar salah satunya sebagai bahan baku pembuatan baterai lithium pada industri otomotif. Sejak awal tahun 2015, persaingan industri otomotif mobil di dunia sangat sengit, para pengusaha mencari bahan baku dari berbagai belahan dunia. Kini industri otomotif mobil sedang dikuasai oleh tiga negara besar yakni Jerman, Jepang dan China.

Negeri Panda telah bertekad pada tahun 2025 akan menerapkan electric vehacle sebesar 35%, yang artinya China akan berusaha keras memperoleh pasokan bahan baku nikel untuk memenuhi kebutuhan pembuatan baterai lithium untuk industri otomotif mobil yang sedang mereka jalankan. Kita bisa lihat mobil-mobil buatan China telah mengaspal di Indonesia seperti mobil pabrikan Wuling dan DFSK. Ekspor nikel yang dilakukan oleh Indonesia akan menjadi peluang besar bagi ketiga negara tersebut. Jika demikian alangkah baiknya Indonesia mengembangkan industri otomotif mobil melalui pabrikan ESEMKA di Solo dengan memanfaatkan hasil bumi berupa Nikel untuk menciptakan electric vehicle yang ramah lingkungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar