Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alamnya, salah satunya ialah Nikel. Nikel merupakan
mutiara tersembunyi yang Indonesia miliki. Komponen ini berasal dari pecahan
meteorit masa lampau yang telah bersatu dengan mineral bumi sehingga menjadi
sebuah sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia terutama
untuk mengembangan teknologi kekinian.
Menurut
para peneliti kandungan dalam nikel berupa unsur kimia metalik dalam tabel
periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunya sifat tahan
karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan
besi, krom dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Harga
nikel berhasil berbalik menguat setelah terdepresiasi 6 perdagangan
berturut-turut hingga menyentuh level terendahnya sejak perdagangan tiga bulan
lalu.
Berdasarkan
data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (22/11/2019), harga nikel di
bursa London bergerak menguat 0,97% menjadi US$14.642 per ton. Adapun,
sepanjang tahun berjalan 2019, harga nikel telah bergerak menguat signifikan
36,4% dari harga awal tahun ini di US$10.677,5 per ton akibat tekanan pasokan
ditambah dengan larangan ekspor bijih nikel oleh Indonesia yang dimajukan dua
tahun lebih awal.
Kendati
demikian, dalam beberapa perdagangan terakhir penguatan harga nikel tidak lagi
menggebu-gebu seperti yang terjadi pada perdagangan awal tahun ini. Hal
tersebut dikarenakan proyeksi permintaan yang dalam tekanan akibat perang
dagang AS dan China mengalahkan sentimen pasokan yang menipis.
Nikel
sendiri memiliki manfaat besar salah satunya sebagai bahan baku pembuatan
baterai lithium pada industri otomotif. Sejak awal tahun 2015, persaingan
industri otomotif mobil di dunia sangat sengit, para pengusaha mencari bahan
baku dari berbagai belahan dunia. Kini industri otomotif mobil sedang dikuasai
oleh tiga negara besar yakni Jerman, Jepang dan China.
Negeri
Panda telah bertekad pada tahun 2025 akan menerapkan electric vehacle sebesar
35%, yang artinya China akan berusaha keras memperoleh pasokan bahan baku nikel
untuk memenuhi kebutuhan pembuatan baterai lithium untuk industri otomotif
mobil yang sedang mereka jalankan. Kita bisa lihat mobil-mobil buatan China
telah mengaspal di Indonesia seperti mobil pabrikan Wuling dan DFSK. Ekspor
nikel yang dilakukan oleh Indonesia akan menjadi peluang besar bagi ketiga
negara tersebut. Jika demikian alangkah baiknya Indonesia mengembangkan
industri otomotif mobil melalui pabrikan ESEMKA di Solo dengan memanfaatkan
hasil bumi berupa Nikel untuk menciptakan electric vehicle yang
ramah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar