Di
Balik Air Asia QZ8501
@DianAdiPerdanaR
Sudah
hampir sebulan penelusuran Korban Air Asia QZ8501 di Selat Karimata, akan
tetapi seakan-akan tim SAR memfokuskan pada pencarian badan pesawat yang hilang
kontak semenjak 28 Desember 2014 itu. Para jenazah korban seakan-akan
dihiraukan dengan melihat ketidaksesuaian penemuan jenazah dengan jumlah
jenazah yang hingga hari ini ditemukan baru 53 jenazah dari total 162 korban
wafat Air Asia QZ9501 tersebut.
Semua
hal yang telah dilakukan oleh tim SAR tetap harus kita apresiasi karena betapa
besar pengorbanan hingga nyawa pun sebagai jaminannya. Para relawan dari
berbagai daerah nusantara pun turut membantu dalam proses evakuasi serpihan
pesawat itu. Mulai dari penyediaan logistik, penyediaan pangan sehari-hari
hingga mencuci pakaian para tim SAR yang bertugas di perairan Pangkalan Bun,
Kalimantan Tengah.
Perlu
kita ketahui banyak sekali hal yang timbul secara tidak terduga dalam proses
evakuasi di sana. Mulai dari penampakan misterius dari jiwa para korban yang
mendatangi para relawan hingga kecelakaan yang menimpa fisik mereka. Tepat pada
7 Januari 2015 telah terjadi kecelakaan tragis yang menimpa sahabat relawan
kita yang sedang berjuang di tanah Borneo demi jiwa kemanusiaan.
Sekitar
Rabu malam kecelakaan terjadi di sekitar Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun. Kecelakaan
ini menimpa Novita, Mahasiswa semester 1 di salah satu perguruan tinggi di
daerah tersebut. Ketika malam itu ia hendak melaundrykan pakaian para
tim evakuasi dan di perjalanan ia pingsan karena kelelahan setelah beraktifitas
fulltime hingga kendali motor pun oleng, mobil dilawan arah pun terkejut
hingga menabraknya dan wajah mahasiswa 18 tahun itu sekejap menatap wajah mobil
dan melukainya. Para warga yang melihat pun langsung membawanya ke rumah sakit
terdekat.
Setelah
sekian lama berada di rumah sakit Pangkalan Bun, ia langsung dirujuk ke RS Dr
Kariadi Semarang karena RS sebelumnya tidak memiliki perlengkapan medis
lengkap. Relawan tersebut mengalami patah tulang rahang dan pipi, hingga kawat
besi yang menghiasinya pun masuk merusak tulang gusi atas dirinya. Gigi atas
Novita pun ada beberapa yang patah yang diakibatkan benturan yang keras antara
wajahnya dengan mobil.
Selama kurang
lebih 8 hari ia dirawat di Gedung Rajawali Ruang Rajawali B 5.3 B lantai 5 RSUP
Dr Kariadi Semarang, pada 14 Januari 2015 lalu ia naik ke kursi operasi demi
untuk memperbaiki tulang pipi dan rahangnya yang mengalami kepatahan serta
mengambil kawat besi yang masuk ke tulang gusi atas Novita. Dara yang akrab disapa
“Novi” itu kini telah menunjukkan peningkatan kesehatan walau tidak bisa makan
hanya dengan asupan susu dan gizi serta asupan infus sebagai penunjang pangan
dirinyasehari-hari, karena ia tidak bisa membuka mulutnya.
Pagi
ini kedua orang tuanya sudah dibolehkan oleh dokter yang mengobatinya untuk
bisa membawanya pulang karena sudah cukup sehat keadaanya hari ini. Tepat 20
Januari 2015, Novita beserta kedua orang tuanya sudah bida menghirup udara
segar tanpa bau obat disekitarnya karena telah kembali ke rumah sementaranya di
daerah Gajah Mungkur Semarang. Dara asli Pangkalan Bun ini diperkirakan akan full
sehat sekitar 2-3 minggu lagi dan bisa melanjutkan studinya di unversitas
yang kini menjadi almamaternya.
Dari
kisah di atas patut menjadi rujukan kita sebagai manusia untuk selalu hati-hati
dalam beraktifitas, ketika lelah maka beristirahatlah sebelum Tuhan menentukan
takdir lain untuk kita. Berdo’a dan beribadah sebagai jalan pengingat manusia
selaku hambaNya yang akan selalu memohon perlindunganNya di dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar