Kamis, 22 Januari 2015

Di Balik Air Asia QZ8501



Di Balik Air Asia QZ8501
@DianAdiPerdanaR


Sudah hampir sebulan penelusuran Korban Air Asia QZ8501 di Selat Karimata, akan tetapi seakan-akan tim SAR memfokuskan pada pencarian badan pesawat yang hilang kontak semenjak 28 Desember 2014 itu. Para jenazah korban seakan-akan dihiraukan dengan melihat ketidaksesuaian penemuan jenazah dengan jumlah jenazah yang hingga hari ini ditemukan baru 53 jenazah dari total 162 korban wafat Air Asia QZ9501 tersebut.
Semua hal yang telah dilakukan oleh tim SAR tetap harus kita apresiasi karena betapa besar pengorbanan hingga nyawa pun sebagai jaminannya. Para relawan dari berbagai daerah nusantara pun turut membantu dalam proses evakuasi serpihan pesawat itu. Mulai dari penyediaan logistik, penyediaan pangan sehari-hari hingga mencuci pakaian para tim SAR yang bertugas di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Perlu kita ketahui banyak sekali hal yang timbul secara tidak terduga dalam proses evakuasi di sana. Mulai dari penampakan misterius dari jiwa para korban yang mendatangi para relawan hingga kecelakaan yang menimpa fisik mereka. Tepat pada 7 Januari 2015 telah terjadi kecelakaan tragis yang menimpa sahabat relawan kita yang sedang berjuang di tanah Borneo demi jiwa kemanusiaan.
Sekitar Rabu malam kecelakaan terjadi di sekitar Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun. Kecelakaan ini menimpa Novita, Mahasiswa semester 1 di salah satu perguruan tinggi di daerah tersebut. Ketika malam itu ia hendak melaundrykan pakaian para tim evakuasi dan di perjalanan ia pingsan karena kelelahan setelah beraktifitas fulltime hingga kendali motor pun oleng, mobil dilawan arah pun terkejut hingga menabraknya dan wajah mahasiswa 18 tahun itu sekejap menatap wajah mobil dan melukainya. Para warga yang melihat pun langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.
Setelah sekian lama berada di rumah sakit Pangkalan Bun, ia langsung dirujuk ke RS Dr Kariadi Semarang karena RS sebelumnya tidak memiliki perlengkapan medis lengkap. Relawan tersebut mengalami patah tulang rahang dan pipi, hingga kawat besi yang menghiasinya pun masuk merusak tulang gusi atas dirinya. Gigi atas Novita pun ada beberapa yang patah yang diakibatkan benturan yang keras antara wajahnya dengan mobil.
           Selama kurang lebih 8 hari ia dirawat di Gedung Rajawali Ruang Rajawali B 5.3 B lantai 5 RSUP Dr Kariadi Semarang, pada 14 Januari 2015 lalu ia naik ke kursi operasi demi untuk memperbaiki tulang pipi dan rahangnya yang mengalami kepatahan serta mengambil kawat besi yang masuk ke tulang gusi atas Novita. Dara yang akrab disapa “Novi” itu kini telah menunjukkan peningkatan kesehatan walau tidak bisa makan hanya dengan asupan susu dan gizi serta asupan infus sebagai penunjang pangan dirinyasehari-hari, karena ia tidak bisa membuka mulutnya.
Pagi ini kedua orang tuanya sudah dibolehkan oleh dokter yang mengobatinya untuk bisa membawanya pulang karena sudah cukup sehat keadaanya hari ini. Tepat 20 Januari 2015, Novita beserta kedua orang tuanya sudah bida menghirup udara segar tanpa bau obat disekitarnya karena telah kembali ke rumah sementaranya di daerah Gajah Mungkur Semarang. Dara asli Pangkalan Bun ini diperkirakan akan full sehat sekitar 2-3 minggu lagi dan bisa melanjutkan studinya di unversitas yang kini menjadi almamaternya.
Dari kisah di atas patut menjadi rujukan kita sebagai manusia untuk selalu hati-hati dalam beraktifitas, ketika lelah maka beristirahatlah sebelum Tuhan menentukan takdir lain untuk kita. Berdo’a dan beribadah sebagai jalan pengingat manusia selaku hambaNya yang akan selalu memohon perlindunganNya di dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar