Selasa, 20 Januari 2015

Satu Dekade Membangun Aceh, Selamanya Berterima Kasih

Satu Dekade Membangun Aceh, Selamanya Berterima Kasih
@DianAdiPerdanaR

Aceh merupakan salah satu dari 2 provinsi yang di Istimewakan oleh pemerintah Indonesia, Aceh diotonomikan untuk bisa menegakkan hukum Islam di wilayahnya kepada seluruh masyaraka Aceh selain hukum yang ditetapkan oleh negara Indonesia. Di sisi lain, masyarakat Aceh telah mengalami keterpurukan dari sektor ekonomi, sosial, dan lainnya, dan ini merupakan tahun kesepuluh terjadinya tragedi yang mengerikan tersebut yaitu Tsunami yang terjadi pada 24 Desember 2004. Tragedi ini meluluhlantahkan lebih dari 5 negara di Asia dan Afrika yang terparah ialah Indonesia tepatnya Aceh. Peristiwa ini menelan lebih dari 200.000 korban jiwa dan yang terbanyak ialah di Daerah Istimewa Aceh.

Satu Dekade membangun Aceh ini mmerupakan bukti keseriusan pemerintah dalam membenahi infrastruktur yang telah hancur oleh tsunami menjadi bangunan-bangunan utuh kembali dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kini masih trauma akan tragedi tersebut. Peringatan sepuluh tahun tsunami yang jatuh pada 26 Desember 2014 bakal menyedot banyak kunjungan tamu asing ke Aceh. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Aceh dan Disbudpar Kota Banda membenahi situs-situs tsunami yang diperkirakan bakal dikunjungi para pelancong. Pembenahan ini merupakan keseriusan pemerintah untuk membantu dalam pembangunan Aceh menjadi yang lebih baik dan menjadi sektor pembentu pembangunan ekonomi pariwisata yang bisa memberikan keuntungan bagi negara. Situs-situs ini sebagai bukti sejarah bahwa 10 tahun yang lalu telah terjadi tragedi mahadahsyat ketika dewa baruna mengamuk dan meluluhlantahkan daratan Aceh khususnya. 
Dikutip dalam suatu pemberitaan bahwa Kepala Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh Teuku Samsuar mengatakan pihaknya sedang mempercantik beberapa situs yang terkait dengan bencana tsunami, seperti kapal apung, boat di atas rumah, dan makam para korban tsunami, serta makam ulama besar Aceh, Syiah Kuala. Museum Tsunami Aceh yang terletak di sisi lapangan Blang Padang juga dibenahi dengan pengecatan baru beberapa bagian ruangan serta menempelkan nama-nama korban tsunami pada dinding cerobong. berdasarkan informasi yang tersebar bahwa ribuan wisatawan asing bakal mengunjungi Aceh untuk menyaksikan peringatan sepuluh tahun tsunami. Hal ini sebagai bukti daya tarik wisatawan asing maupun lokal dan pembangunan besar-besaran bagi Aceh dan berterimakasih akan kerjasama pihak swasta maupun pemerintah dalam membenahi Aceh kembali seperti sedia kala. 
Pada tahun ini Pemerintah Aceh dan Banda Aceh juga mempersiapkan peringatan sepuluh tahun tsunami dengan berbagai agenda, seperti pameran kebudayaan, pameran foto, pemberian piagam penghargaan kepada negara-negara yang membantu rekonstruksi Aceh, zikir akbar, doa bersama, dan aneka lomba. Hal ini merupakan agenda yang representatif bagi pembangunan dan pemanfaatan sektor pariwisata Aceh kepada dunia.
Sepuluh tahun yang lalu, gambar yang menakjubkan menunjukkan bagaimana mereka membangun kembali Indonesia dari air bah tsunami. Tanah Rencong kembali bangkit.
Hantaman dahsyat tsunami pada tahun 2004 menewaskan lebih dari 200.000 orang di lebih dari 5 negara, ketika gelombang sampai 100ft (30 meter lebih) menyapu di seluruh Asia Tenggara, menggusur jutaan dan menghancurkan infrastruktur senilai miliaran. Dan negara yang paling parah, bangsa kepulauan Indonesia, menderita lebih banyak kematian dan kehancuran dari yang lain, ketika gempa Samudera Hindia diikuti oleh tsunami pada 26 Desember 2004. Sepuluh tahun kemudian, masyarakat di Provinsi Aceh di Indonesia telah membangun kembali rumah mereka, kota-kota dan desa-desa, naik dari abu tsunami terburuk dalam sejarah manusia. Pembangunan ini meredupkan kenangan ketika gerakan air raksasa yang diikuti melihat gelombang hingga 100feet memukul pantai Indonesia, Sri Lanka, India dan Thailand, negara yang menderita korban dan kerusakan yang terletak utamanya di Asia Tenggara tetapi juga di Afrika.
Akan tetapi menurut Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto mengakui banyak kendala dalam melakukan pembangunan kembali di Aceh pasca musibah tsunami. Joko Kirmanto mengakui setahun proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca tsunami banyak pembangunan yang tidak sesuai dengan blue print yang dulu dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Bappenas. Berbagai upaya telah dilakukan sesuai dengan bidang dan sektor masing-masing. Dibidang pekerjaan umum, pembangunan jalan dan jembatan sebagai akses transporatasi penting serta pengaman pantai menjadi bagian dari program rehabilitasi dan rekonstruksi disana.
Banyak kendala dalam pembangunan infrastruktur di Aceh terutama terkait dengan penetapan tata ruang seperti yang terjadi di kota Banda Aceh. Saat ini banyak warga yang membangun rumah tanpa berkoordinasi dengan badan rekonstruksi dan rehabilitasi (BBR) sebagai penanggungjawab pembangunan disana. Salah satu proyek yang dibuat oleh Pekerjaan Umum di Banda Aceh adalah membangun tanggul pemecah ombak sepanjang 23 kilometer yang kini baru selesai 2 kilometer sebagai pengaman gelombang laut dan tragedi tsunami susulan di lain waktu. Dari segi bahan baku, khususnya untuk pembangunan tanggul pengaman pantai, dapat dipenuhi dari daerah Ujung Bate yakni sekitar 30 km dari lokasi dibangunnya pengaman pantai. Di samping itu, pemerintah pun membuat proyek yaitu pembuatan tanggul air asin atau tanggul pasang surut yang membatasi antara tambak dan daerah pemukiman, sepanjang 15,5 km. Selain itu juga dilakukan pembangunan pengendali banjir di empat sungai yaitu Sungai Krueng Neng, Sungai Krueng Doy, Sungai Krueng Aceh dan Sungai Krueng Titi Panjang. Pembangunan infrastruktur pengamam pantai ini memakan total biaya untuk pembangunan pengaman pantai atau tanggul air laut, penanganan tanggul air asin dan penanganan sungai di Aceh Besar memerlukan dana kurang lebih Rp 90 milyar.
Indonesia pun mendapatkan bantuan hibah dari pemerintah Amerika Serikat melalui USAID sebesar US$245 juta. Saat ini pembangunannya baru memasuki tahap I yaitu pembangunan jalan anatara Banda Aceh-Lamno. Karena di kota Meulaboh jalan-jalan umum hancur terkena terjangan gelombang tsunami. Maka dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan sepanjang 240 km.  Pemerintah Jepang melalui JICS juga memberikan bantuan untuk pembangunan jalan di ruas Meulaboh – Calang sepanjang 122 km sebesar 2.651 milyar yen. Dan Unicef melakukan kegiatan tanggap darurat setelah tsunami untuk Aceh dengan bantuan keuangan dari donor senilai 336 juta dolar AS. Dengan keadaan yang nyata kini, United Nations Children's Fund (Unicef) memberikan pujian atas pencapaian pembangunan di Aceh dan upaya luar biasa setelah 10 tahun mengalami tsunami. Upaya rakyat Aceh dan pemerintah Indonesia sungguh luar biasa untuk membangun kembali dengan lebih baik apa yang telah dihancurkan oleh gelombang tsunami, dengan dukungan masyarakat internasional, telah memberikan hasil yang besar terutama bagi rakyat Aceh dan umumnya bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi berdasarkan prinsip "Membangun dengan Lebih Baik" telah memberikan kesempatan yang lebih baik bagi anak-anak untuk tumbuh sehat, dan mengembangkan potensi mereka. Berbagai upaya dilakukan dalam menyelamatkan anak-anak dari kematian dan penyakit, membantu mereka untuk bangkit dari pengalaman yang membuat trauma, membawa mereka kembali bersekolah, serta menyatukan mereka kembali dengan orang tua atau wali mereka. Di samping pemerintah melakukan pembangunan jalan dan infrastruktur umum, pemerintah pun fokus pada penguatan sistem kesehatan dan pendidikan, pendekatan baru akan perlindungan anak dan kesiapan darurat bencana. Dalam hal lain pun, Angka kemiskinan dan pengangguran di Aceh masih belum dilakukan semaksimal. Namun, angka tersebut jauh lebih baik untuk menjadi prioritas pemerintah. Dan kemiskinan dan pengangguran pemerintah berusaha untuk menguranginya.
Perubahan-perubahan yang kini sudah terjadi merupakan bukti pencapaian rakyat dan pemerintah dalam membangun perubahan yang signifikan di bidang pembangunan. Meski, hanya dalam hitungan jari ada beberapa korban tsunami 10 tahun yang lalu masih tinggal di barak pengungsian. Selain pembangunan, penegakan hukum oleh instansi terkait, politik, keamanan, social sudah ada peningkatan. Dan masyarakat sudah mulai berani untuk menyampaikan pendapat yang di aplikasikan. Infrastruktur sudah membaik dan investasi sudah memadai dan banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari upaya membangun kembali Aceh dengan lebih baik dan Indonesia sekarang diakui terdepan di kawasan ini dalam mempromosikan pengurangan risiko bencana. Masyarakat pun harus mampu memberikan masukan kepada masyarakat Aceh sevagi informasi, dengan informasi yang diberikan akan melahirkan jiwa produktif di Aceh. Walaupun kini populasi SDM yang masih di bawah nasional. Keamanan dan perdamaian akan tetap terjaga demi mengejar masa depan Aceh yang lebih baik.
Terimakasih Indonesia, Terimakasih Bangsaku, Terimakasih Saudaraku, Selamanya untuk masa depan Aceh yang lebih baik.


Nama               : Dian Adi Perdana Ridwan
Alamat            : Jalan Purwoyoso IX RT 009 RW 012 No. 27 Kelurahan
  Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang
  (081903535718/085712072812)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar