Satu Dekade Membangun Aceh, Selamanya
Berterima Kasih
@DianAdiPerdanaR
Aceh
merupakan salah satu dari 2 provinsi yang di Istimewakan oleh pemerintah
Indonesia, Aceh diotonomikan untuk bisa menegakkan hukum Islam di wilayahnya
kepada seluruh masyaraka Aceh selain hukum yang ditetapkan oleh negara
Indonesia. Di sisi lain, masyarakat Aceh telah mengalami keterpurukan dari
sektor ekonomi, sosial, dan lainnya, dan ini merupakan tahun kesepuluh
terjadinya tragedi yang mengerikan tersebut yaitu Tsunami yang terjadi pada 24
Desember 2004. Tragedi ini meluluhlantahkan lebih dari 5 negara di Asia dan
Afrika yang terparah ialah Indonesia tepatnya Aceh. Peristiwa ini menelan lebih
dari 200.000 korban jiwa dan yang terbanyak ialah di Daerah Istimewa Aceh.
Satu
Dekade membangun Aceh ini mmerupakan bukti keseriusan pemerintah dalam
membenahi infrastruktur yang telah hancur oleh tsunami menjadi
bangunan-bangunan utuh kembali dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kini
masih trauma akan tragedi tersebut. Peringatan sepuluh tahun tsunami yang jatuh
pada 26 Desember 2014 bakal menyedot banyak kunjungan tamu asing ke Aceh. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Aceh dan Disbudpar Kota Banda
membenahi situs-situs tsunami yang diperkirakan bakal dikunjungi para
pelancong. Pembenahan ini merupakan keseriusan pemerintah untuk membantu dalam
pembangunan Aceh menjadi yang lebih baik dan menjadi sektor pembentu
pembangunan ekonomi pariwisata yang bisa memberikan keuntungan bagi negara.
Situs-situs ini sebagai bukti sejarah bahwa 10 tahun yang lalu telah terjadi
tragedi mahadahsyat ketika dewa baruna mengamuk dan meluluhlantahkan daratan
Aceh khususnya.
Dikutip
dalam suatu pemberitaan bahwa Kepala Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh Teuku
Samsuar mengatakan pihaknya sedang mempercantik beberapa situs yang terkait
dengan bencana tsunami, seperti kapal apung, boat di atas rumah,
dan makam para korban tsunami, serta makam ulama besar Aceh, Syiah Kuala.
Museum Tsunami Aceh yang terletak di sisi lapangan Blang Padang juga dibenahi
dengan pengecatan baru beberapa bagian ruangan serta menempelkan nama-nama
korban tsunami pada dinding cerobong. berdasarkan informasi yang tersebar
bahwa ribuan wisatawan asing bakal mengunjungi Aceh untuk menyaksikan
peringatan sepuluh tahun tsunami. Hal ini sebagai bukti daya tarik wisatawan
asing maupun lokal dan pembangunan besar-besaran bagi Aceh dan berterimakasih
akan kerjasama pihak swasta maupun pemerintah dalam membenahi Aceh kembali
seperti sedia kala.
Pada tahun
ini Pemerintah Aceh dan Banda Aceh juga mempersiapkan peringatan sepuluh tahun
tsunami dengan berbagai agenda, seperti pameran kebudayaan, pameran foto,
pemberian piagam penghargaan kepada negara-negara yang membantu rekonstruksi
Aceh, zikir akbar, doa bersama, dan aneka lomba. Hal ini merupakan agenda yang representatif
bagi pembangunan dan pemanfaatan sektor pariwisata Aceh kepada dunia.
Sepuluh
tahun yang lalu, gambar yang menakjubkan menunjukkan bagaimana mereka membangun
kembali Indonesia dari air bah tsunami. Tanah Rencong kembali bangkit.
Hantaman dahsyat tsunami pada tahun 2004 menewaskan lebih dari 200.000 orang di lebih dari 5 negara, ketika gelombang sampai 100ft (30 meter lebih) menyapu di seluruh Asia Tenggara, menggusur jutaan dan menghancurkan infrastruktur senilai miliaran. Dan negara yang paling parah, bangsa kepulauan Indonesia, menderita lebih banyak kematian dan kehancuran dari yang lain, ketika gempa Samudera Hindia diikuti oleh tsunami pada 26 Desember 2004. Sepuluh tahun kemudian, masyarakat di Provinsi Aceh di Indonesia telah membangun kembali rumah mereka, kota-kota dan desa-desa, naik dari abu tsunami terburuk dalam sejarah manusia. Pembangunan ini meredupkan kenangan ketika gerakan air raksasa yang diikuti melihat gelombang hingga 100feet memukul pantai Indonesia, Sri Lanka, India dan Thailand, negara yang menderita korban dan kerusakan yang terletak utamanya di Asia Tenggara tetapi juga di Afrika.
Hantaman dahsyat tsunami pada tahun 2004 menewaskan lebih dari 200.000 orang di lebih dari 5 negara, ketika gelombang sampai 100ft (30 meter lebih) menyapu di seluruh Asia Tenggara, menggusur jutaan dan menghancurkan infrastruktur senilai miliaran. Dan negara yang paling parah, bangsa kepulauan Indonesia, menderita lebih banyak kematian dan kehancuran dari yang lain, ketika gempa Samudera Hindia diikuti oleh tsunami pada 26 Desember 2004. Sepuluh tahun kemudian, masyarakat di Provinsi Aceh di Indonesia telah membangun kembali rumah mereka, kota-kota dan desa-desa, naik dari abu tsunami terburuk dalam sejarah manusia. Pembangunan ini meredupkan kenangan ketika gerakan air raksasa yang diikuti melihat gelombang hingga 100feet memukul pantai Indonesia, Sri Lanka, India dan Thailand, negara yang menderita korban dan kerusakan yang terletak utamanya di Asia Tenggara tetapi juga di Afrika.
Akan
tetapi menurut Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto mengakui banyak kendala
dalam melakukan pembangunan kembali di Aceh pasca musibah tsunami. Joko
Kirmanto mengakui setahun proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca
tsunami banyak pembangunan yang tidak sesuai dengan blue print yang dulu dibuat
oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Bappenas. Berbagai upaya telah dilakukan
sesuai dengan bidang dan sektor masing-masing. Dibidang pekerjaan umum,
pembangunan jalan dan jembatan sebagai akses transporatasi penting serta pengaman
pantai menjadi bagian dari program rehabilitasi dan rekonstruksi disana.
Banyak kendala
dalam pembangunan infrastruktur di Aceh terutama terkait dengan penetapan tata
ruang seperti yang terjadi di kota Banda Aceh. Saat ini banyak warga yang
membangun rumah tanpa berkoordinasi dengan badan rekonstruksi dan rehabilitasi
(BBR) sebagai penanggungjawab pembangunan disana. Salah satu proyek yang dibuat
oleh Pekerjaan Umum di Banda Aceh adalah membangun tanggul pemecah ombak
sepanjang 23 kilometer yang kini baru selesai 2 kilometer sebagai pengaman
gelombang laut dan tragedi tsunami susulan di lain waktu. Dari segi bahan baku,
khususnya untuk pembangunan tanggul pengaman pantai, dapat dipenuhi dari daerah
Ujung Bate yakni sekitar 30 km dari lokasi dibangunnya pengaman pantai. Di
samping itu, pemerintah pun membuat proyek yaitu pembuatan tanggul air asin
atau tanggul pasang surut yang membatasi antara tambak dan daerah pemukiman,
sepanjang 15,5 km. Selain itu juga dilakukan pembangunan pengendali banjir di
empat sungai yaitu Sungai Krueng Neng, Sungai Krueng Doy, Sungai Krueng Aceh
dan Sungai Krueng Titi Panjang. Pembangunan infrastruktur pengamam pantai ini
memakan total biaya untuk pembangunan pengaman pantai atau tanggul air laut,
penanganan tanggul air asin dan penanganan sungai di Aceh Besar memerlukan dana
kurang lebih Rp 90 milyar.
Indonesia
pun mendapatkan bantuan hibah dari pemerintah Amerika Serikat melalui USAID
sebesar US$245 juta. Saat ini pembangunannya baru memasuki tahap I yaitu
pembangunan jalan anatara Banda Aceh-Lamno. Karena di kota Meulaboh jalan-jalan
umum hancur terkena terjangan gelombang tsunami. Maka dilakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi jalan sepanjang 240 km. Pemerintah Jepang melalui
JICS juga memberikan bantuan untuk pembangunan jalan di ruas Meulaboh – Calang
sepanjang 122 km sebesar 2.651 milyar yen. Dan Unicef melakukan kegiatan
tanggap darurat setelah tsunami untuk Aceh dengan bantuan keuangan dari donor
senilai 336 juta dolar AS. Dengan keadaan yang nyata kini, United Nations
Children's Fund (Unicef) memberikan pujian atas pencapaian pembangunan di Aceh
dan upaya luar biasa setelah 10 tahun mengalami tsunami. Upaya rakyat Aceh dan
pemerintah Indonesia sungguh luar biasa untuk membangun kembali dengan lebih
baik apa yang telah dihancurkan oleh gelombang tsunami, dengan dukungan
masyarakat internasional, telah memberikan hasil yang besar terutama bagi
rakyat Aceh dan umumnya bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintah
melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi berdasarkan prinsip "Membangun
dengan Lebih Baik" telah memberikan kesempatan yang lebih baik bagi
anak-anak untuk tumbuh sehat, dan mengembangkan potensi mereka. Berbagai upaya
dilakukan dalam menyelamatkan anak-anak dari kematian dan penyakit, membantu
mereka untuk bangkit dari pengalaman yang membuat trauma, membawa mereka
kembali bersekolah, serta menyatukan mereka kembali dengan orang tua atau wali
mereka. Di samping pemerintah melakukan pembangunan jalan dan infrastruktur
umum, pemerintah pun fokus pada penguatan sistem kesehatan dan pendidikan,
pendekatan baru akan perlindungan anak dan kesiapan darurat bencana. Dalam hal
lain pun, Angka kemiskinan dan
pengangguran di Aceh masih belum dilakukan semaksimal. Namun, angka tersebut
jauh lebih baik untuk menjadi prioritas pemerintah. Dan kemiskinan dan
pengangguran pemerintah berusaha untuk menguranginya.
Perubahan-perubahan
yang kini sudah terjadi merupakan bukti pencapaian rakyat dan pemerintah dalam
membangun perubahan yang signifikan di bidang pembangunan. Meski, hanya dalam
hitungan jari ada beberapa korban tsunami 10 tahun yang lalu masih tinggal di
barak pengungsian. Selain pembangunan, penegakan hukum oleh instansi terkait,
politik, keamanan, social sudah ada peningkatan. Dan masyarakat sudah mulai
berani untuk menyampaikan pendapat yang di aplikasikan. Infrastruktur sudah
membaik dan investasi sudah memadai dan banyak sekali pelajaran yang bisa
dipetik dari upaya membangun kembali Aceh dengan lebih baik dan Indonesia
sekarang diakui terdepan di kawasan ini dalam mempromosikan pengurangan risiko
bencana. Masyarakat pun harus mampu memberikan masukan kepada masyarakat Aceh
sevagi informasi, dengan informasi yang diberikan akan melahirkan jiwa produktif
di Aceh. Walaupun kini populasi SDM yang masih di bawah nasional. Keamanan dan
perdamaian akan tetap terjaga demi mengejar masa depan Aceh yang lebih baik.
Terimakasih
Indonesia, Terimakasih Bangsaku, Terimakasih Saudaraku, Selamanya untuk masa
depan Aceh yang lebih baik.
Nama : Dian Adi Perdana Ridwan
Alamat : Jalan Purwoyoso IX RT 009 RW 012
No. 27 Kelurahan
Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang
(081903535718/085712072812)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar