Kamis, 04 April 2013

Kalimat efektif dan kesalahan kalimat

Kalimat efektif dan kesalahan kalimat

I.                    Pendahuluan
            Dalam mempelajari bahasa indonesia kita pasti memiiki berbagai tujuan seperti tujuan tulis menulis dan karang mengarang adalah mengungkapkan perasaan, fakta, realita, dan isi pikiran secara jelas, baik, dan efektif. Sebab sebab kita harus memperhatikan berbagai persoalan dalam penulisan, dan juga tujuan berbicara bahasa indonesia dengan baik dan benar. Karena tujuan tersebut dapat dicapai dan dimengerti oleh orang lain dengan berbahasa yang sesuai dengan situasi bahasa yang dihadapi dan sesuai dengan kaidah-kiadah, tatacara, susunan kebahasaan yang berlaku pada masyarakat tertentu.


II.                  Permasalahan
A.      Aspek-aspek penguasaan bahasa
B.      Definisi kalimat efektif
C.      Ciri-ciri kalimat efektif
D.     Jenis-jenis kesalahan kalimat

III.                Pembahasan
A.      Aspek-aspek penguasaan bahasa
 Dalam komunikasi kita sehari-hari, kita memerlukan dan menggunakan bahasa dalam berbagai medium, karena bahasa dapat memberikan kemngkinan yang begitu luas blia dibandingkan dengan cara-cara lain, misalnya gerak-gerik, isyarat-isyarat tubuh, panji, bendera ataupun lainnya. Bahasa sebagai medium komunikasi hanya dapat bermanfaat sebaik-baiknya bila bahasa itu dikuasai oleh mereka yang masuk dalam lingkaran komunikasi.Penguasaan bahasa dengan kaidah tidak saja mencakup persoalan penguasaan kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis bahasa itu, tetapi juga beberapa aspek lainnya.
 Aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi:
(1)   Penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosa kata) bahasa tersebut.
(2)   Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif.
(3)   Kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan.
(4)   Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.[1]
Dalam pembahasan ini sama sekali tidak dibicarakan pembentukan kalimat berdasarkan kaidah-kaidah bahasa akan tetapi akan memberikan uraian mengenai kalimat ditinjau dari segi komposisi dan retorika yaitu mengenai kalimat yang efektif.
B.      Definisi kalimat efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.[2]
Kalimat efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran, ide, gagasan, dan juga perasaan seseorang. Kalimat efektif tidak saja terdapat dalam lisan, tetapi juga lebih intensif pada bahasa tulis. Kalimat dalam bentuk tukis dapat dijumpai pada karya-karya, seperti skripsi, tesis, disertasi, makalah, dan lain-lain.
Kalimat efektif memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi:
(1)   Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
(2)   Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembacaatau pendengar seperti yang dipikirkan oleh penulis atau pembaca.
C.      Ciri-ciri kalimat efektif
Sebuah kalimat efektif memiliki beberapa cici-ciri yang harus mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa.
(1)   Ciri gramatikal
Kalimat efektif harus mengikuti kaidah-kaidah tatabahasa yang berlaku.
Contoh:
Tidak gramatikal
a.      Meskipun orang asing, dia pandai berbicara bahasa imdonesia.
b.      Azab akan menimpa orang-orang yang ditunjuki dosa kepada mereka.
c.       Sejak kemarin saya tidak ketemu dia.
d.      Saya tidak guru tetapi dokter.
e.      Apa saya saudara sudah jelaskan saya dapat pahami.
Gramatikal
a.      Meskipun orang asing, dia pandai berbicara bahasa indonesia.
b.      Azab akan menimpa orang-orang yang  melakukan  dosa-dosa.
c.       Sejak kemarin saya tidak  bertemu  dengan dia.
d.      Saya bukan guru melainkan dokter.
e.      Apa yang sudah saudara jelaskan dapat saya pahami.[3]
(2)   Ciri-ciri khas
a.      Kesepadanan
Yang dimaksuddengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.[4]
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti:
(1)   Kalimat itu memiliki subyek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subyek atau predikat suatu kejelasan kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subyek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan menghindari pemakaian kata depan di, dalam ,bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subyek.
Contoh:
a)      Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
b)      Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar)
(2)   Tidak terdapat subyek yang ganda
Contoh:
a)      Penyusunan kalimat itu saya dibantu oleh para dosen.
b)      Soal itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a)      Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b)      Soal itu bagi saya kurang jelas.
(3)   Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a)      Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b)      Kakeknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antar kalimat , sebagai berikut:
a)      Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara petama.
b)      Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi dia membeli sepeda motor Suzuki.
(4)   Predikat kalimat tidak didahului oleh kaa yang.
Contoh:
a)      Bahasa indonesia yang berasal dari bahasa melayu.
b)      Sekolah kami yang terletak di depan bioskop gunting.
Perbaikannya adlah sebagai berikut.
a)      Bahasa indonesia berasal dari bahasa melayu.
b)      Sekolah kami terletak di depan bioskop gunting.
b.      keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Maksud dari definisi diatas adalah jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina dan sebagainya.[5]
Contoh:
a)      harga minyak dibekukan dan kenaikan secara luwes.
b)      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan  pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian  sistem, pembagian air dan pengaturan  tata ruang.
Kalimat a) dan b) tidak memiliki kesejajaran karena kata-kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya atau berbeda. Kalimat–kalimat itu dapat diperbaiki menjadi predikat yang nominal.
a)      Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara luwes.
b)      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan  penerangan, pengujian sistem,
pembagian air, dan pengaturan  tata ruang.
c.       Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.[6] Dalam sebuah kalimat ada ide yang ditonjolkan dan pada kalimat itu ada penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1)      Meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya ialah harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2)      Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3)      Melakukan pengulangan kata (repetasi)
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4)      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5)      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
d.      Kehematan
Yang dimaksud kalimat kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan frasa, kata, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.[7] Kehematan tidak berarti membuang kata-kata yang menambah kejelasan. Akan tetapi, mempunyai arti penghematan terhadap kata-kata yang tidak diperlukan, selagi tidak menyalahi kaida dan tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan:
1)      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan objek.
Contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
                       Perbaikan kalimat sebagai berikut:
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2)      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi  kata.
Contoh:
Kata merah  sudah mencakupi  warna.
Perhatikan:
Ia memakai baju warna merah.
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
Ia memakai baju merah.
3)      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan bersinoniman dalam satu kalimat.
Kata hanya bersinonim dengan saja.
Kata sejak bersinonim dengan dari.
 Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:
a.      Dia hanya membawa badannya saja.
b.      Sejak dari pagi dia merenung.
 Kalimat-kalimat ini dapat diperbaiki menjadi:
a.      Dia hanya membawa badannya.
b.      Sejak pagi dia merenung.
4)      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku                     Bentuk Baku
Para tamu-tamu                           Para tamu
Beberapa orang-orang                Beberapa orang
e.      Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsir ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:
a)      Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b)      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat a dan b memiliki makna ganda, a) yaitu, siapa yang terkenal mahasiswa atau perguruan tinggi, b) yaitu, berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
f.        Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.[8]
1)      Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan mencerminkan cara berpikir tidak simetris.
Misalnya:
Kita harus mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
2)      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang bepredikat pasif personal.
Surat itu sudah saya baca.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara sgen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk:
Surat itu sudah saya baca.
3)      Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebua kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
 Seharusnya:
Mereka membicarakan kehendak rakyat.
Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
g.      Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.[9]
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:
a.)    Waktu dan tempat kami persilahkan.
b.)    Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
c.)    Hermawan Susanto menduduki juara pertama kejuaraan Cina Terbuka.
Kalimat-kalimat ini tidak logis. Yang logis sebagai berikut:
a.)    Bapak Menteri kami persilahkan.
b.)    Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
c.)    Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
D.     Jenis-jenis kesalahan kalimat
Berbahasa pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun kalimat, usaha membuat kalimat yang benar, dan pengetahuan mengenai jenis-jenis kesalahan kalimat merupakan pengetahuan yang tidak dapat diabaikan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan sebuah kalimat itu salah.
A.      Ejaan
Ejaan adalah cara-cara yang digunakan untuk mewujudkan bahasa       dalam bentuk tulisan.[10] Dengan demikian ejaan mempunyai kedudukan yang amat penting dalam bahasa tulis karena ia dapat mempengaruhi cara seseorang mengucapkan atau melafalkan bahasa tertulis tersebut.
Contoh:
1.      Ibu sudah pergi.
2.      Ibu sudah pergi?
Kedua kalimat di atas walaupun terdiri atas kata-kata yang sama, keduanya memiliki maksud berbeda karena perbedaan tanda ejaan yang digunakan. Kalimat pertama diakhiri dengan tanda titik sehingga mengandung makna berita, sedangkan kalimat kedua diakhiri dengan tanda tanya sehingga bermakna sebuah pertanyaan.
Pada dasarnya kesalahan ejaan tidak selalu menimbulkan kesalahan makna.
Contoh:
1.      Peserta lokakarya bahasa berjumlah limapuluh orang.
2.      Pihak majikan harus menjaga kwalitas hasil produksi perusahaannnya.
3.      Di tempat itupun terdapat rumah-rumah penduduk biasa.
4.      Putranya yang ungsu sekarang kuliah di I.A.I.N.
Semua kalimat-kalimat di atas salah ejaannya. Tetapi, coba bandingkan dengan kalimat-kalimt yang sudah dibenarkan ejaannya di bawah ini, sebagai berikut:
1.      Peserta lokakarya bahasa berjumlah lima puluh orang.
2.      Pihak majikan harus menjaga kualitas hasil produksi perusahaannya.
3.      Di tempat itu pun terdapat rumah-rumah penduduk biasa.
4.      Putranya yang bungsu sekarang kuliah di IAIN.
Jika kita lihat makna kalmat-kalimat di atas sama benar dengan kalimat-kalimat terdahulu, tetapi kelompok kalimat pertama adalah kalimat-kalimat yang ejaannya salah, sedangkan kelompok kalimat kedua adalah kekompok kalimat yang ejaannya benar.
B.      Kata
Setelah ejaan, faktor lain yang dapat menyebabkan kesalahan kaliamt adalah kata. Kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu bahasa karena kata menjadi unsur utama pembangun sebuah kalimat.
Baik buruknya seseorang dapat dilihat cara kemahiran dan kecermatannya dalam memilih kata. Kata dapat menyebabkan suatu kalimat salah, apabila kata tersebut:
1.      Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan bentuk kata.
Menurut bentuknya kata dapat dibedakan atas kata dasar dan kata jadian atau kata turunan. Kesalahan yang sering terjadi akibat perubahan daru kata dasar yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya perubahan pengertian yang tidak dikehendaki. Berikut ini contoh kalimat-kalimat salah yang disebabkan kesalahan kalimat:
a.      Saya mendengarkan sudah hampir dua bulan ia dirawat di rumah sakit.
b.      Sudah dua kali ia diperingati guru agar tidak berbuat curang.
c.       Amin mempunyai kegemaran mengkail di laut.
d.      Kantor tempatnya pekerja jauh sekali dari sini.
e.      Saya berserta teman-teman aan mengikuti diskusi kelas.
Mari kita bandingkan dengan di bawah ini:
a.      Saya mendengar sudah hampir dua bulan ia dirawat di rumah sakit.
b.      Sudah dua kali ia diperingatkan guru agar tidak berbuat curang.
c.       Amin mempunyai kegemaran mengail di laut.
d.      Saya beserta teman-teman akan mengikuti diskusi kelas.
Ternyata hanya sedikit sekali perbedaan yang terdapat pada kedua kelompok kalimat tersebut. Kalau kita bandingkan antara keduanya, akan tampak perbedaan sebagai berikut:
a.      mendengarkan                           a. mendengar
b.      diperingati                                  b. diperingatkan
c.       mengkail                                    c. mengail
d.      pekerja                                       d. bekerja
e.      berserta                                       e. beserta
2.      Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan arti kata.
Fungsi kalimat yang paling utama ialah untuk menyampaikan ide atau gagasan. Kalimat yang dibangun oleh kata-kata yang mengandung makna atau arti.dengan demikian, tampak jelaslah arti penting pemilihan kata yang mendukung pengertian sebagaiman dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Berikut ini beberapa contoh kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan arti salah satu kata yang membangunnya.
a.      Saya sampaikan terimakasih kepada pengacara yang telah memberikan kesempatan berbicara kepada saya.
b.      Kalau kau ingin lulus, jangan kauacuhkan nasihat guru-gurumu.
c.       Akibat penebangan hutan yang semena-mena, kini di mana-mana terjadi banjir.
d.      Jangan sekali-sekali kau berdusta.
 Pemakaian bahasa yang cermat dalam memilih kata, pasti segera tahu bahwa kalimat-kalimat di atas salah.
Kalimat a salah karena penggunaan kata pengacara yang tidak pada tempatnya. Pengacara adalah sebutan untuk orang yang bertugas membela perkara di pengadilan. Yang dimaksud pembicara pasti bukan pengacara tetapi pengatur acara. Jadi, kalimat yang benar adalah “saya ucapkan terimakasih kepada pengatur acara yang telah memberi kesempatan saya berbicara”.
Kalimat b salah karena penggunaan kata acuh yang tidak sesuai dengan maknanya. Arti kata acuh adalah peduli. Mengacuhkan artinya memperdulikan; sama artinya memperhatikan. Jadi, agar kalimat tersebut betul dan tidak menyakitkan hati para guru, sebaiknya diubah demikian: “kalau ingin lulus, acuhkanlah guru-gurumu.
Kalimat c salah karena penggunaan kata semena-mena. Kata semena-mena berarti dengan baik-baik atau dengan kira-kira. Tentu dengan makna ini salah sekali. Maka maksud dari kalimat ini adalah tidak semena-mena ini berarti sewenang-wenang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat yang benar adalah:
-          Akibat penebangan hutan yang tidak semena-mena, kini di mana-mana sering terjadi banjir.
Atau:
-          Akibat penebangan hutan yang sewenang-wenang, kini di mana-mana sering terjadi banjir.
Kalimat d salah karena pemakaian kata sekali-kali­ tidak pada tempatnya. Makna kata sekali-sekali adalah kadang-kadang atau kadangkala. Karena pemakaian tidak tepat tersebut, kalimat itu menjadi membingungkan.kalimat tersebut mestinya kita katakan demikian “jangan sekali-kali kau berdusta” karena ini adalah kalimat larangan yang harus dipatuhi.
3.      Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan kalimat fungsi kata
 Setiap kata pada suatu kalimat pasti mimiliki fungsi. Apabila dalam suatu kalimat terdapat suatu kalimat yang tidak berfungsi sesuai dengan jenisnya, maka jelas kalimat itu salah.
Contoh:
a.      Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk!
Segera kita ketahui kesalahan kalimat itu apabila kita buatkan pertanyaan, “siapakah yang dilarang masuk?” jawaban pertanyaan di atas pasti “yang tidak berkepentingan” dari jawaban di atas kita ketahui bahwa kata “bagi” tidak berfungsi dalam kalimat tersebut, sehingga kalimat b itu salah. Agar kalimat demikian betul, maka:
b.      Yang tidak berkepentingan dilarang masuk!
4.      Kalimat salah yang disebabkan oleh kata yang salah susunannya
Bahasa indonesia mempunyai aturan cara menyusun kata:
a.      Yang diterangkan diletakkan di depan; sedang yang menerangkan diletakkan di belakang (dikenal dengan hukum DM).
b.      Untuk menyatakan milik, cukup dengan menjajarkan benda yang dimiliki dengan benda yang memiliki; dan
c.       Hubungan antarkata prinsipnya bersifat sintetis.
Contoh:
a.      Menurut kabar yang saya dengar, ia akan datand ini hari.
b.      Atas bantuan anda, saya ucapkan banyak terimakasih.
c.       Rumah adik saya jauh sekali dari keramaian.
d.      Ayah dari teman adik saya berasal dari kalimantan.
Seharusnya:
a.      Menurut kabar tang saya dengar, ia akan datang hari ini.
b.      Atas bantuan anda, saya ucapkan terimakasih banyak.
c.       Rumah adik saya jauh sekali dari keramaian.
(Rumah adik sudah mengandung pengertian rumah “milik” adik)
d.      Ayah teman adik saya berasal dari kalimantan.
(Ayah teman adik sudah mengandung penertian ayah “dari” teman adik)
C.      Logika
Dalam pembuatan kalimat harus dapat diterima akal (logis). Kalimat logis adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah berpikir yang benar sehingga tidak mengandung kerancuan di dalamnya. Seringkali bahasa lisan mengandung kesalahan kalimat akibat kalimat yang dibuat menyalahi kaidah berpikir yang sehat, tetapi dipandang lumrah sehingga dibiarkan saja.
Contoh:
-          Pencopet itu berhasil ditangkap oleh polisi.
-          Yang merasa kehilangan jam tangan dapat diambil di kantor TU.
Bandingkan dengan kalimat berikut:
-          Polisi itu berhasil menangkap polisi itu.
-          Yang merasa kehilangan jam tangan dapat mengambilnya di kantor TU.
Kalimat 2 dan 3 memang tidak logis. Hal tersebut dapat terlihat pada hubungan S dan P-nya.
Siapakah yang berhasil menangkap pencopet?
Jawabanya: polisi.
Siapakah yang berhasil melarikan diri?
Jawabannya: pencopet
Jadi polisi berhasil menangkap pencopet; sedangkan pencopet berhasilkan melarikan diri dari tangkapan polisi. Memang, polisi berusaha menangkap pencopet berusaha supaya tidak biasa ditangkap oleh polisi.
Penjelasan kalimat 3:
-siapakah yang diambil?
Jawabannya: yang merasa kehilangan jam tangan. Misalkan yang kehilangan jam tangan itu Arini, maka Arinilah yang diambil di kantor TU. Benarkah hal demikian? Tentu saja tidak. Maksud kalimat 3 di atas bukan Arini yang diambil, melainkan jam tangan, atau Arini yang dapat mengambil jam tangan itu.
D.    Kata-kata yang sering salah prnggunaannya dan pengucapannya
Kesalahan suatu kalimat selain disebabkan oleh kesalahan yang    bersifat gramatikal, termasuk penggunaan tanda baca,dapat juga disebabkanoleh pengunaan kata yang kurang tepat atau salah artinya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa kata yang sering membingungkan banyak orang sehingga mengakibatkan penggunaannya salah:
1.      Agar supaya
2.      Atase kebudayaan
3.      Berhubung
4.      Benar/betul
5.      Bang dan bank
6.      Besok
7.      Bersama ini saya beritahukan, bahwa...
8.      Berulangkali
9.      Berdasarkan atas; yang betul berdasarkan atas
10.  Diketemukan; yang betul ditemukan
11.   Daripada
12.  Dirgahayu
13.  Ditugasi; ditugaskan
14.  Di lain kesempatan
15.  Hadirin atau para hadirin ?
16.  Interpretasi
17.  Ibu Gubernur
18.  Jangan boleh
19.  Kebijaksanaan; kebijakan
20.  Keberatan
21.  Lengang
22.  Lengah
23.  Mau; akan
24.  Menanti; menunggu
25.  Menghimbau; yang betul mengimbau
26.  Menghindari rintangan; menghindarkan rintangan
27.  Masa; massa
28.  Makalah; masalah
29.  Mengaji; mengkaji
30.  Memajukan; mengajukan
31.  Mengenyampingkan; yang betul mengesampingkan
32.  Menanyakan; mempertanyakan
33.  Merubah; yang betul mengubah
34.  Pejabat; penjabat
35.  Pertanggungan jawab; yang betul pertanggung jawaban
36.  Perseorangan; perorangan
37.  Sampai jumpa
38.  Syarat; sarat
39.  Seminar; simposium
40.  Sanksi; sangsi
41.  Saling tolong; saling menolong
42.  Suatu keluhan-keluhan
43.  Senjang; kesenjangan
44.  Sukses
45.  Survai; survei
46.  Terampil
47.  Untuk sementara waktu
48.  Waktu dan tempat kami persilahkan!
49.  Wawasan/gagasan
50.  Wawasa; kawasan
51.  Maka
52.  Bukan..., tetapi...; atay bukan... melainkan...
IV.               Kesimpulan
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.[11]
Kalimat efektif memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi:
(3)   Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
(4)   Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembacaatau pendengar seperti yang dipikirkan oleh penulis atau pembaca.
Berbahasa pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun kalimat, usaha membuat kalimat yang benar, dan pengetahuan mengenai jenis-jenis kesalahan kalimat merupakan pengetahuan yang tidak dapat diabaikan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan sebuah kalimat itu salah.
A.      Ejaan
B.      Kata
C.      Logika
D.     Kata-kata yang sering salah pengunaan dan pengucapannya
a.      agar supaya
b.      atase kebudayaan
c.       berhubung
d.      benar/betul
e.      bank dan bang
f.        besok, dan lain-lain.
V.                 Penutup
 Demikianlah makalah yang kami sampaikan. Saran dan kritik yang membangun selalu kami nantikan demi kesempurnaan  makalah ini dan makalah berikutnya.
Semoga ada manfaatnya. Amin

 


DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys, 1971, Komposisi, Flores: Nusa Indah.
Arifin, Zaenal dan S.Amran Tasai, 1995, Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta: CV Akamedika Pressindo.
Rumaningsih, Endang, 2006, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: RaSAIL.


[1] Gorys Keraf, Komposisi, (Flores: Nusa Indah) 1971, hlm 39.
[2] Zaenal Arifin dan S. Amran tasai, Cermat Berbahasa Indonesia,(Jakarta: Akademika Pressindo) 1995, hlm 89.
[3] Endang Rumaningsih, Mahir Berbahasa Indonesia,(Semarang: Rasail) 2006,hlm 159-160.
[4] Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia,(Jakarta: Akademika Pressindo) 1995, hlm 90.
[5] Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai,Cermat Berbahasa Indonesia,(Jakarta: Akademika Pressindo) 1995, hlm 92.
[6] Ibid hlm 92.
[7] Ibid hlm 94.
[8] Ibid hlm 96.
[9] Ibid hlm 97.
[10] Endang Rumaningsih, Mahir Berbahasa Indonesia, (Semarang: Rasail) 2006,hlm 108.
[11] Zaenal Arifin dan S. Amran tasai, Cermat Berbahasa Indonesia,(Jakarta: Akademika Pressindo) 1995, hlm 89.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar