Jumat, 08 Maret 2013

Pengantar Ilmu Dakwah

Pengantar Ilmu Dakwah

Secara bahasa da’wah berasal dari bahasa arab yaitu; daa’a, yad’uu, da’watan, yang berarti panggilan, seruan, atau ajakan. Dalam pengertian luas da’wah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok  orang(masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam atau untuk mewujudkan ajaran islam kedalam kehidupan yang nyata. Pelaku dalam da’wah disebut da’i, sedangkan sasaran da’wah disebut mad’u. mad’u terbagi atas 2 yaitu, umat ijabah dan umat da’wah. Umat ijabah merupakan individu dan masyarakat yang telah masuk islam sedangkan umat da’wah adalah individu dan masyarakat yang belum masuk islam.
Dasar da’wah terdapat dalam  al-Qur’an yaitu,  Ali-Imran 104, 111,  An-Nahl 125,  Al-Fushilat 33. Hukum da’wah bagi siapa saja yang mengaku islam adalah wajib. hal ini sesuai dengan surat at-Taubah ayat 71 dan berdasarkan Sabda Raulullah saw “barang siapa melihat kemungkaran hendaklah mengubah dengan tangannya dan bila tidak mampu hendaklah mengubah dengan ucapannya dan bila tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, yang demikian itu selemah-lemahnya iman”(hadits riwayat Muslim). Meskipun ada kalimat “mengubah dengan tangan” namun dalam sejarah rasulullah berda’wah selama 13 tahun di makkah tidak menggunakan kekerasan. Namun dijelaskan bahwa untuk membela diri pun disarankan, hal ini sesuai dengan Q.S. al-Hajj:39, “telah diwajibkan (untuk berperang) bagi orang-orang yang telah diperangi, karena telah di zhalimi.”
Da’wah menurut Salahudin Sanusi memiliki lima tujuan, pertama yaitu tujuan hakiki, mengajak manusia beriman kepada Allah swt. kedua tujuan umum, menciptakan kesejahteraan hidup manusia. Ketiga tujuan khusus, tinjauan terhadap sesuatu sifat atau bentuk permasalahan. Keempat tujuan urgen/darurat, penyelesaian masalah darurat. Kelima tujuan insidential, penyelesaian masalah yang tidak tentu datangnya.
Dalam perjalanan sejarah rasulullah, da’wah rasulullah berisi tahapan-tahapan, tahapan pertama adalah dengan sembunyi-sembunyi(sirriyah) dan tahapan kedua adalah dengan berda’wah secara terang-terangan(Q.S.al-Hijr:94). Tahapan pertama(sirriyah) dilakukan beliau dengan, pembinaan dan pengkaderan. Pada tahap ini rasulullah menyiapkan para sahabat sebagai calon da’i untuk menyiarkan agama islam. Dalam tahap ini rasulullah melakukannya dengan 2 pokok materi. Yang pertama membentuk pemahaman dan penghayatan terhadap aqidah dan syari’at islam,dan yang kedua menjadikan pemahaman dan penghayatan terhadap aqidah dan syari’at islam sebagai pedoman bertingkah laku. pada tahap sirriyah pun beliau memusatkan da’wah terhadap orang-orang dekat, seperti keluarga, sahabat. Kemudian berlanjut pada tahapan kedua, yaitu secara terang-terangan. Da’wah terang-terangan ini dilakukan beliau ketika turun perintah dari Allah swt “maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyriki”(Q.S. al-Hijr : 94).
Dalam dunia modern, tahapan sirriyah, tidak lagi seperti dalam zaman rasulullah, kini metode maupun media yang menunjang keberhasilan da’wah pun semakin beragam. Namun, dalam Al-Qur’an ada tiga metode pokok da’wah, yaitu; metode al-Hikmah/kearifan(Q.S.an-Nahl:125), metode al-Mau’idhah al-Hasanah/persuasi dan metode al-Mujadalah bi al-lati hiya ahsan/nilai dialogis. Metode al-Hikmah adalah metode dengan mengenali dasar dan hakekat da’wah. Dalam metode ini da’i diharuskan lebih dahulu memahami apa tujuan da’wah, siapa mad’u dsb. Kemudian metode al-Mau’idhah al-Hasanah adalah metode dengan memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat, dengan cara yang baik. misalnya, dengan pemberian nasehat yang baik, da’wah dengan menggunakan kesenian, atau dengan cara apapun asal tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan ass-Sunnah, agar, proses da’wah dirasakan mad’u sangat menyenangkan dan menggembirakan sehingga secara psikologis akan membantu dalam peresapan makna isi da’wah. Terakhir, metode al-Mujadalah bi al-lati hiya ahsan adalah metode bertukar pikiran, dengan cara yang baik. Misalnya dengan berdiskusi, atau ceramah dengan forum tanya jawab dsb.
Pelaku dalam dakwah(da’i) ada yang dalam bentuk individu(da’i) dan adapula dalam bentuk jama’ (du’aah). Contoh  individu seperti, ust. A’a Gymnastiar, ust. Jefri Al-Bukhori, ust. Yusuf Mansur, dsb. Sedangkan yang jama’ misalnya, organisasi (muhammadiyah), jama’ah tabligh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar