Rabu, 06 Maret 2013

Pola Perkembangan Dakwah di Indonesia

Pola Perkembangan Dakwah di Indonesia

  • Pada masa penjajahan
          Faktor yang mempengaruhi bangsa portugis mencari jalan ke kepulauan penghasil rempah-rempah adalah factor ekonomi dan agama. Bagi orang-orang portugis, raja-raja di Asia yang tidak beragama Islam dapat menjadi kawan, tapi tidak demikian halnya dengan para pedagang atau raja-raja Islam. Bentrokan-bentrokan sering terjadi antara raja-raja yang beragama Islam maupiun armada-armada dagang Islam dengan Portugis. Meskipun demikian pemusnahan terhadap perdagangan orang Islam tidak dapat terwujud dengan mudah
        Dalam perkembangan selanjutnya orang-orang Portugis berhasil mendirikan suatu kantor dagang di Gowa dibawah pimpinan Albuquerque. Di Gowa Albuqurque mendengar khabar tentang Malaka yang merupakan kerajaan Islam dan menjadi pelabuhan Transito yang ramai. Setelah mendapat informasi tentang Malaka, Albuqurque bermaksud mengadakan hubungan dengan Malaka. Ia mengirim utusan pada 1509 ke Malaka di bawah pimpinan Lopez Squeira untuk menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Sultan Mahmud Syah yang berkuasa di Malaka sejak tahun 1488 menggantikan Sultan Alaudin Syah. Akan tetapi Sultan tidak begitu berhasrat menerima utusan Portugis karena Sultan Mahmud Syah telah mendengar hal-hal yang tidak menguntungkan. Raja-raja Malaka tidak inginj berhubungan dengan orang-orang Portugis, bahkan orang-orang Portugis mendapat serangan dari orang-orang Malaka.


        Pada 1511 Malaka digempur oleh orang-orang Portugis, Sultan Malaka, Mahmud Syah, menyingkir ke Bintan untuk kemudian melanjutkan memerintah kerajaannya di Johor.
Dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis maka ditanamkanlah benih-benih agama katolik yang pertama di Nussantara. Dari Malaka mereka meneruskan ekspansinya ke Maluku dan berhasil mendapatkan pangkalannya di Ternate pada 1522. sementara itu oreang-orang Spanyol muncul di Maluku dan mendapatkan pijakan di Tidore.
          Pada akhir abad ke 16 ndan awal abad ke 17, tiba giliran orang-orang Belanda dan bangsa Eropa lainnya datang ke Nusantara. Motif kedatangan orang-orang Belanda adalah ekonomi dan petualangan. Pada 1595 orang-orang Belanda dengan empat buah kapal dadang bertolak dari negeri Belanda menuju Indonesia. Pelayaran pertama dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Mereka tiba di Banten pada 1596 dan disambut baik oleh penguasa-penguasa Banten. Karena pada saat itu orang-orang Belanda belum menunjukan sikap yang kurang baik terhadap orang-orang pribumi. Demikian p-ula kedatangannya di Tuban dan Maluku, terutama di daerah Ternate mereka disambut dan diterima baik karena pada waktu itu sultan Ternate sedang bermusuhan dengan Portugis dan Spanyol.
           Untuk mengimbangi dan menyaingi perdangan dengan orang-orang Portugis dan Spanyol serta bangsa Barat lainnya, pada 1602 Belanda mendirikan serikast dagang VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) yang antara lain bertujuan untuk menjalankan polotik monopoli perdagangan repah-rempah di Indonesia.
         Di kalangan sebagian penguasa timbul kekhawatiran-kekhawatiran bahwa pengaruh kehidupan barat dapat merusak nilai-nilai kehidupan tradisional. Tantangan yang kuat terutama yangf datang dari pemimpin agama yang memandang bahwa pengaruh kehidupan Barat bertentangan dengan norma-norma dalam agama Islam. Orientasi keagamaan seperti ini terdapat pula di kalangan bangsawan dan para pejabat birokrasi kerajaan yang taat pada ajaran agama. Di dealam suasana kritis, pandangan keagamaan ini dijadikan dasar jakan untuk melakukan perlawanan.


  • Munculnya Arus Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam
     Kondisi umat Islam berada di bawah cengkraman penjajahan Belanda yang berusaha menghancurkan kekuatan umat Islam untuk kepentingan politik penjajahannya dengan merusak nilai-nilai dan norma-norma keagamaan,telah menggugah para ulama mujaddid (pembaharu) untuk melakukan gerakan menentang pengaruh-pengaruh kehidupan barat yang telah merasuk dalam segala aspek kehidupan rakyat.
     Gerakan para ulama Mujaddid didorong oleh pengaruh dari aktivitas gerakan-gerakan pembaharuan Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India. Pengaruh gerakan pembaharuan itu masuk ke Indonesia dibawa oleh para Mujaddid yang mempelajari gerakan pembaharuan Islam di Saudi Arabia. Di sana golongan Wahhabi mendapat kemenangan dalam memurnikan ajaran Islam, sehingga para Mujaddid yang baru dating dari Makkah segera melakukan perombakan dalam berbagai segi kehidupan dengan cara meluruskan dan mengembalikan umat Islam kepada ajaranj Al-Qur'an dan As-Sunnah.
      Dalam hal gerakan pembaharuan Islam ini banyak para Mujaddid yang berusaha memperjuangkan agama Islam secara murni, bebas dari segala macam bid'ah dan khurafat serta tegak dalam kemerdekaan polotiknya sendiri.
           Arus gerakan pemaharuan Islam atau Muhyi Atsaris Salaf dalam waktu singkat telah tersebar ke seluruh pelosok dunia islam, termasuk Indonesia. Arus salaf telah mempengaruhi udara pergerakan Islam di Indonesia, sehingga dalam gerakan ini muncul nama-nama yang beraneka ragam, ada yang berpengaruh esar dan tahan uji, ada pula yang hanya berhasil mengumpulkan pengikut sedikit dan bergerak dalam waktu yang relative singkat.
       Gerakan salaf masuk ke Indonesia pada akhir abad ke 18 yang membawa arus gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Pembawa arus pembaharuan itu adalah seorang ulama dari kampung kota tua ( daerah Cangking, empat angkat) di daratan Agam, yaitu Tuanku Kota Tua, mulai mengajarkan pembaharuan-pembaharuan. Beliau mengemukakan bahwa masyarakatv sudah terlalu jauh menyimpang dari ajaran Islam yang murni, kemudian ditunjukannya bagaimana seharusnya hidup sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabi. Diantara beberapa murid Tuanku Kota Tua, terdapat Tuanku Nan Renceh dari kampong Bansa di Kamang. Ulama ini terkenal sangat ta'at dan pintar serta dikenal seagai guru agama di seluruh Luhak Agam Sumatra Barat.
Lahirnya Organisasi-Organisasi Islam
            Organisasi gerakan pembaharuan yang pertama muncul dan paling menentukan pada waktu itu adalahorganisasi pendidikan yang dikelola oleh masyrakat Arab-Indonesia yang prihatin terhadap situasi pendidikan Islam yang dikuasai oleh pemerintahan Kolonial Belanda. Kendatipun lembaga pendidikan yang didirikan itu pada mulanya lebih diperuntukan agi kalangan masyarakat Arab sendiri, namun tidak isa tidak, kehadirannya memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan Islam selanjutnya. Pada 17 Juli 1905 didirikan Al-Jam'iyyah Al-Khairiyyah, yang kemudian dikenal dengan sebutan Jamiat Khaer, di Jakarta sebagaimana sekolah modern lainnya, Jamiat Khaer mengajarkan pula mata pelajaran umum, di samping mata pelajaran Islam..
          Terobosan baru yang dilakukan oleh sekelompok kalangan Islam kota yang terdiri atas kalangan terpaelajar dan sekelompok pedagang progresif , dilakukan dengan mendirikan perkumpulan sarekat Islam (SI)di Solo pada 11 November 1911
            Latar elakang ekonomisl perkumpulan ini (sarekat Islam) adalah perlawanan terhadap praktek perdagangan para pedagang Cina. Akan tetapi para pendiri Sarekat Islam mendirikan organisasinya tidak semata-matahanya untuk mengadakan perlawanan terhadap 0orang-orang Cina, melainkan juga sebagai front perlawanan terhadap semua penghianatan terhadap rakyat bumi putera. Sarekat Islampun merupakan reaksi terhadap gubernur Jendral Idenburg yang merencanakan politik pengkristenan terhadap rakyat bumi putera di seluruh wilayah nusantara.
       Tampilnya Sarekat islam yang dapat dikatakan seagaio partai politik Islam pertama,turut memeberikan warna baru bagi pertumuhangerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Pada masa kepemimpinan Tjokroaminoto, fungsi Sarekat Islam secara realitas adalah berusaha menghapus segala penderitaan rakyat bumi putera. Kontribusi organisasi Sarekat Islam teresar dalam spectrum gerakan pemaharuan pemikiran Islam terletak dalam usahanya mengarahkan kesadaran umat Islam dalam berbangsa dan bernegara.
Berbeda halnya dengan Muhammadiyyah,yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di yogyakarta, organisasi ini berdiri tidak hanya terdorong oleh piolitik pengkristenan pemerintah colonial Belanda yang reaksioner terhadap agama Islam. Tetapi juga merupakan perlawanan terhadap tradisionalisme Islam. Berbeda halnya dengan yang dihadapi oleh kalangan modernis di Sumatra Barat, tantangan tradisionalisme Islam di Jawa relative lebih berat. Hal ini di sebabkan oleh dalamnya pengaruh nilai-nilai Hindu Budha serta nilai-nilai paganistik lainnya yang ada pada masyarakat Islam Jawa pada waktu itu. Untuk melawan tradisionalisme Islam, Muhammadiyyah tidak menggunakan cara-cara otoriter, melainkan dengan menggunakan pendekatan yang lebih rasionalis. Dengan pendekatan seperti inilah Muhamadiyah melawan berbagai paktek keagamaan yang tidak ada aturannya dal;am Al-Qur'an maupun As-Sunnah Nabi, misalnya dalam melawan dalam berbagai macam praktek bid'ah, khurafat, tata cara perkawinan, kematian, serta berbagai macam masalah gama lainnya. Contoh konkrit adalah dalam acara penyampaian khutah jum'at dengan menggunakan bahasa arab, Muhamadiyah merubahnya dengan bahasa yang mudah dipahami , yaitu bahhsa sehari-hari, seperti Sunda, Jawa, Melayu dsan sebagainya. Inilah salah satu pendekatan rasionalistik yang dimaksud..
            Selain itu, di jawa arat perkembangan gerakan pemaharuan pemikiran Islam mempunyai corak tersendiri . pada 1917 di Majalengka berdiri organisasi Persatoean Oemat Islam (POI) yang didirikan oleh KH. Ahmad Halim. Sejak berdiri organisasi itu, berbagai macam kegiatan keagamaan sering dilakukan, seperti mendirikan sekolah-sekolah agama, dimulai dengan mendirikan Ibtidaiyyah, kemudian sekolah guru Madrasah Muallimin pa 1923. ahkan berhasil pula sebuah perguruan tinggi yang diberinama Santi Asrama.
          Di Bandung, terdapat gerakan lain yang mempunyai dasar yang sama dengan organisasi Muhamadiyah dalam menegakan ajran-ajaran salaf serta berusaha mengembalikan umat Islam kepada al-Qur'an dan As-Sunnah. Organisasi itu bernama Persatuan Islam (PERSIS) yang didirikan pada 12 september 1923 oleh KH. Muhammad Zam-zam dan KH. Muhammad Yunus yang keduanya berasal dari palembang. Persatuan Islam berusaha keras mengembalikan umat Islam kepada tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabi, menghidupkan ruh jihad dan Ijtihad, membasmi bid;'ah, takhayul, khurafat,syirik, taqlid buta, dan sebagainaya. Dengan cara tabligh dan dakwah Islam kepada masyarakat serta mendirikan pesantren dan sekolah-sekolah untuk mendidik para putra Muslim.
          Pada mulanya gerakan pembaharuan Islam ini mendapatkan perhatian umat Islam di perkotaan, karena secara geografis dan cultural masyarakat kelas kota lebih cepat berhadapan dengan pengaruh luar yang sedang berkembang pada akhir abad ke19 dan semakin kuat pada abad ke20, mereka, masyarakat Islam kota itu menempatkan dirinya sebagai kelompok pembaharu Islam. Dengan berdirinya berbagai organisasi Islam pada awal abad 20, menunjukan betapa kuatnya pengaruh pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia.

post by: Dian Adi Perdana Ridwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar