ENTREPRENEURSHIP AND INNOVATION MANAGEMENT
POLA PIKIR DAN KARAKTER WIRAUSAHA, PERBEDAAN WIRAUSAHA VS MANAJER
Karakteristik
Wirausaha
Menurut
David (1996) karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi
syarat- syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti
inovatif, kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan
mengambil risiko atas keputusan yang dibuat, integritas, daya-juang, dan kode
etik niscaya mewujudkan efektivitas perusahaan/organisasi. Hal ini digambarkan
melalui Tabel 1.
Disamping
itu, dalam suatu penelitian tentang Standarisasi Tes Potensi Kewirausahaan
Pemuda Versi Indonesia; Munawir Yusuf (1999) menemukan adanya 11 ciri atau
indikator kewirausahaan, yaitu:
1. Motivasi berprestasi
2. Kemandirian
3. Kreativitas
4. Pengambilan resiko
(sedang)
5. Keuletan
6. Orientasi masa depan
7. Komunikatif dan
reflektif
8. Kepemimpinan
9. Locus of Controll
10. Perilaku instrumental
11. Penghargaan terhadap
uang.
Selain
ciri-ciri yang telah dikemukakan di awal, berikut ini akan dijelaskan secara
lebih mendalam mengenai karakterisitik seorang wirausahawan yang disarikan dari
berbagai sumber.
Memiliki Kreatifitas Tinggi
Menurut
Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan
berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking
new thing), oleh karena itu menurutnya, kewirausahaan adalah berfikir dan
bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara
baru. Menurut Zimmerer dalam Suryana (2003 : 24) mengungkapkan bahwa, ide-ide
kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan
berfikir sesuatu yang baru dan berbeda.
Oleh karena itu,
kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating
something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk
meningkatkan dan memperkaya kehidupan (inovation is the ability to apply
creative solutions to those problems ang opportunities to enhance or to enrich
people’s live.
Dari definisi diatas,
kreativitas mengandung pengertian, yaitu:
1. Kreativitas adalah
menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Hasil kerjasama masa
kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
3. menggantikan sesuatu
dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Rahasia
kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak
pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih
peluang yang dihadapi tiap Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa
menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya
cipta) setelah itu melahirkan inovasi.
Selalu Komitmen dalam
Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang
wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat di
dalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam
menjalankan usaha tersebut seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad
yang mengebu-gebu dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan
usahanya, ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko,
bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar.
Tanpa usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka
wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh
karena itu penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan
pekerjaannya. Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah :
rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material,
hemat dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi. Di
Timur, orang Jepang menghayati “bushido” (etos para samurai) perpaduan
Shintoisme dan Zen Budhism. Inilah yang disebut oleh Jansen H. Sinamo (1999) sebagai
“karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang”.
Ada 7 prinsip dalam bushido,
ialah :
1. Gi : keputusan
benar diambil dengan sikap benar berdasarkan kebenaran, jika
harus mati demi keputusan
itu, matilah dengan gagah, terhormat,
2. Yu : berani,
ksatria,
3. Jin : murah hati, mencintai dan
bersikap baik terhadap sesama,
4. Re : bersikap santun, bertindak
benar,
5. Makoto : tulus setulus-tulusnya,
sungguh-sesungguh-sungguhnya, tanpa pamrih,
6. Melyo : menjaga
kehormatan martabat, kemuliaan,
7. Chugo : mengabdi,
loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang karena mereka komit dalam penerapan bushido,
konsisten, inten dan berkualitas.
Indonesia
mempunyai falsafah Pancasila, tetapi gagal menjadi etos kerja bangsa kita
karena masyarakat tidak komit, tidak inten, dan tidak bersungguh-sungguh dalam
menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Jansen H.
Sinamo (1999) mengembangkan 8 Etos Kerja Unggulan sebagai berikut :
1. Kerja itu suci, kerja
adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar.
Suci
berarti diabdikan, diuntukkan atau diorientasikan pada Yang Suci. Penghayatan
kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa terpanggil. Bukan
harus dari Tuhan, tapi bisa juga dari idealisme, kebenaran, keadilan, dsb.
Dengan kesadaran bahwa kerja adalah sebuah panggilan suci, terbitlah perasaan
untuk melakukannya secara benar.
2. Kerja itu sehat, kerja
adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras.
Maksudnya
adalah bekerja membuat tubuh, roh dan jiwa menjadi sehat. Aktualisasi berarti
mengubah potensi menjadi kenyataan. Aktualisasi atau penggalian potensi ini
terlaksana melalui pekerjaan, karena kerja adalah pengerahan energi
bio-psiko-sosial. Akibatnya kita menjadi kuat, sehat lahir batin. Maka agar
menjadi maksimal, kita akan sanggup bekerja keras, bukan kerja asal-asalan atau
setengah setengah.
3. Kerja itu rahmat, kerja
adalah terimakasihku, aku sanggup bekerja tulus
Rahmat
adalah karunia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Respon yang tepat adalah
bersyukur dan berterima kasih. Ada dua keuntungan dari bekerja sebagai rahmat,
(1) Tuhan memelihara kita, dan (2) disamping secara finansial kita mendapat
upah, juga ada kesempatan belajar, menjalin relasi sosial, dsb. Pemahaman
demikian akan mendorong orang untuk bekerja secara tulus.
4. Kerja itu amanah, kerja
adalah tanggung jawabku, aku sanggup bekerja tuntas
Melalui
kerja kita menerima amanah. Sebagai pemegang amanah, kita dipercaya,
berkompeten dan wajib melaksanakannya sampai selesai. Jika terbukti mampu,
akhlak terpercaya dan tanggung jawab akan makin menguat. Di pihak lain hal ini
akan menjadi jaminan sukses pelaksanaan amanah yang akan menguklir prestasi
kerja dan penghargaan. Maka tidak ada pekerjaan yang tidak tuntas.
5. Kerja itu
seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup bekerja kreatif:
Apapun
yang anda kerjakan pasti ada unsur keindahan, keteraturan, harmoni, artistik
seperti halnya seni. Untuk mencapai tingkat penghayatan seperti itu dibutuhkan
suatu kreativitas untuk mengembangkan dan menyelesaikan setiap masalah
pekerjaan. Jadi bekerja bukan hanya mencari uang, tetapi lebih pada
mengaktualisasikan potensi kreatif untuk mencapai kepuasan seperti halnya
pekerjaan seni.
6. Kerja itu ibadah, kerja
adalah pengabdianku, aku sanggup bekerja serius:
Tuhan
mewajibkan manusia beribadah (dalam arti ritual) dan beribadah (dalam artian
kerja yang diabdikan pada Tuhan). Kerja merupakan lapangan konkrit melaksanakan
kebajikan seperti: untuk pembangunan bangsa, untuk kemakmuran, untuk demokrasi,
keadilan, mengatasi kemiskinan, memajukan agama, dsb. Jadi bekerja harus serius
dan sungguh-sungguh agar makna ibadah dapat teraktualisasikan secara nyata
sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan.
7. Kerja itu mulia, kerja
adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna
Secara
moral kemuliaan sejati datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang
yang mulia.Pekerjaan adalah wujud pelayanan nyata bagi institusi maupun orang
lain. Kita ada untuk orang lain dan orang lain ada untuk kita. Kita tidak
seperti hewan yang hidup untuk dirinya sendiri. Manusia moral seharusnya mampu
proaktif memikirkan dan berbuat bagi orang lain dan masyarakat. Maka kuncinya
ia akan sanggup bekerja secara sempurna.
8. Kerja itu kehormatan,
kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul:
Sebagai
kehormatan kerja memiliki lima dimensi : (1) pemberi kerja menghormati kita
karena memilih sebagai penerima kerja (2) kerja memberikan kesempatan berkarya
dengan kemampuan sendiri, (3) hasil karya yang baik memberi kita rasa hormat,
(4) pendapatan sebagai imbalan kerja memandirikan seseorang sehingga tak lagi
jadi tanggungan atau beban orang lain, (5) pendapatan bisa menanggung hidup
orang lain. Semuanya adalah kehormatan. Maka respon yang tepat adalah menjaga
kehormatan itu dengan bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan mutu setinggi–tingginya.
Dengan unggul di segala bidang kita akan memenangkan persaingan.
Mandiri atau Tidak
Ketergantungan
Sesuai
dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan seuatu
yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup,
maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif didalam
mengembangkangkan ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan peluang usaha
didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa
harus bergantung pada orang lain, seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu
menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada
disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih
efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru
untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berani Menghadapi Risiko
Richard
Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal
abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung
risiko.Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh
spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko
terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha
selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang
didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari
peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan
objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran
kegiatannya (Suryana, 2003: 14-15).
Kemauan
dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam
kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai
atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, “seorang wirausaha yang berani
menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan
dengan cara yang baik” (Yuyun Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 : 21). Wirausaha
adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk lebih
mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh
sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan
adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan
yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara
realistis. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada
tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
Pilihan terhadap risiko ini sangat tergantung pada :
1. daya tarik setiap
alternatif
2. kesediaan untuk rugi
3. kemungkinan relatif
untuk sukses atau gagal
Untuk
bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk mengambil risiko
antara lain :
1. keyakinan pada diri
sendiri
2. kesediaan untuk
menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan memperoleh
keuntungan.
3. kemampuan untuk menilai
situasi risiko secara realistis.
Pengambilan
risiko berkaitan dengan berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya,
semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar
keyakinan orang tersebut akan kesanggupan mempengaruhi hasil dan keputusan, dan
semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang
lain sebagai risiko. Oleh karena itu, pengambil risiko ditemukan pada
orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari
perilaku kewirausahaan (Suryana, 2003 :22)
Motif Berprestasi Tinggi
Para
ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya
motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut
Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu
nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus
dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi
yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan
pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan
keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs),
dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs).
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan
sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya.
Wirausaha yang memiliki
motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana,
2003 : 33-34)
1. Ingin mengatasi sendiri
kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan
balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab
personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi resiko
dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan
melihat tantangan secara seimbang (fifty- fifty). Jika tugas yang
diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia
selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian
keberhasilan sangat rendah.
Motivasi
(Motivation) berasal dari bahasa latin "movere" yang
berarti to move atau menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5),
sedangkan Suriasumantri (hal.92) berpendapat, motivasi merupakan dorongan,
hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan
suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Motif menghasilkan
mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku seseorang. Secara umum
motif sama dengan drive. Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan
regulatoris, menyatakan "drive” sama seperti sebuah kendaraan yang
mempunyai suatu mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang.
Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler,1991: 452) ada
dua lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab
instrinsik mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood),
seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar
tidaknya tugas (2) nasib baik (keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain.
Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan
suatu ketakutan akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna
dan mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75). Namun, Travers
(1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi
berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian
di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi
berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan
dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi
tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan).
Selalu Perspektif
Seorang
wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih
optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan
peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah
orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki
pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan
berkarya (Suryana, 2003 :23).
Kuncinya pada kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif
harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan.
Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa
dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari
suatu peluang.
Memiliki Perilaku Inovatif
Tinggi
Menurut
Poppy King (wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia
18 tahun), ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang
apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan);
ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang
memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua
orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap
orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurangkurangnya harapan untuk
meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam
"intuisi" yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha.
"Intuisi" ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni
daya imajinasi kreatif.
Karena manusia merupakan
satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi
kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat
diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat
mencari jawaban- jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Dari
manakah aku berasal? Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi?
Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini? Menelusuri sejarah
pribadi di masa lalu dapat memberikan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan
seseorang. Di dalamnya terdapat sejumlah pengalaman hidup : hambatan dan
kesulitan yang pernah kita hadapi dan bagaimana kita mengatasinya, kegagalan
dan keberhasilan, kesenangan dan keperihan, dan lain sebagainya. Namun, karena
semuanya sudah berlalu, maka tidak banyak lagi yang dapat dilakukan untuk
mengubah semua itu. Kita harus menerimanya dan memberinya makna yang tepat
serta meletakkannya dalam suatu perspektif masa kini dan masa depan (Harefa : 1998).
Masa kini menceritakan
situasi nyata dimana kita berada, apa yang telah kita miliki, apa yang belum
kita miliki, apa yang kita nikmati dan apa yang belum dapat kita nikmati, apa
yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita dan apa yang menjadi hak asasi kita
sebagai manusia, dan lain sebagainya. Dengan menyadari keberadaan kita saat
ini, kita dapat bersyukur atau mengeluh, kita dapat berpuas diri atau
menentukan sasaran berikutnya, dan seterusnya. Masa depan memberikan harapan,
paling tidak demikianlah seharusnya bagi mereka yang beriman berkepercayaan.
Selalu Mencari Peluang
Esensi
kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan
dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap
mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu
juga menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis
serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba
yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi
pelanggan/masyarakat.
Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang
wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan
keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol.
Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan
barang dan jasajasa
yang dihasilkanya lebih
cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan
jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses
produksi maupun prmasaran. Ia selalu memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang
menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi sesorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu
ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran
yang kemudian dijadikan peluang. Leadership Ability adalah kemampuan dalam
kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki
kemampuan untuk menggunakan
pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki taktik
mediator dan negotiator daripada diktaktor. Semangat, perilaku dan kemampuan
wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal, Wirausaha
tangguh, Wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih
menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya
menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative
Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku dan kemampuannya menonjol
dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim
disebut Innovative Entrepreneur.
Memiliki Kemampuan
Manajerial
Salah
satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan
untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus
memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan
usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun
kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah
merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha,
tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan uasaha
yang diperoleh.
Memiliki Kerampilan
Personal
Wirausahawan
andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara sebagai berikut:
Pertama Percaya diri dan mandiri
yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang
dilaksanakannya.
Kedua, mau dan mampu mencari dan
menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut.
Ketiga, mau dan mampu bekerja
keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan
effisien.
Keempat, mau dan mampu berkomunikasi,
tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.
Kelima, menghadapi hidup dan
menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.
Keenam, mencintai kegiatan usahanya
dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam
melindunginnya.
Ketujuh, mau dan mampu meningkatkan
kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan
memotivasi orang lain (leadership/ managerialship) serta melakukan
perluasan dan pengembangan usaha dgn resiko yang moderat.
Bygrave menggambarkan
wirausaha dengan konsep 10 D, yaitu :
1. Dream ; mempunyai visi
terhadap masa depan dan mampu mewujudkannya
2. Decisiveness ; tidak
bekerja lambat, membuat keputusan berdasar perhitungan yang tepat.
3. Doers ; membuat keputusan
dan melaksanakannya
4. Determination ;
melaksanakan kegiatan dengan penuh perhatian
5. Dedication ; mempunyai
dedikasi tinggi dalam berusaha
6. Devotion ; mencintai
pekerjaan yang dimiliki
7. Details ; memperhatikan
faktor-faktor kritis secara rinci
8. Destiny ; bertanggung
jawab terhadap nasib dan tujuan yanghendak dicapai
9. Dollars ; motivasi bukan
hanya uang
10. Distribute ;
mendistribusikan kepemilikannya terhadap orang yang dipercayai.
Faktor-faktor Yang
Menyebabkan Kegagalan Wirausaha
Menurut
Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan
wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
1. Tidak kompeten dalam
manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan
mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang
berhasil.
2. Kurang berpengalaman
baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya
manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang dapat
mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang
paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran
dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan
menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang
memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan usaha
6. kurangnya pengawasan
peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang
pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang
sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha
akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal.
Dengan sikap setengah hati,
kemungkinan gagal menjadi besar. Ketidakmampuan dalam melakukan
peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan
melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan
dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan
mampu membuat peralihan setiap waktu.
Pengusaha
Vs Manajer
Entrepreneur
(Pengusaha ) dan Manager mungkin terdengar serupa namun mereka sebenarnya dua
peran yang berbeda. Untuk beberapa perusahaan, hanya satu orang memainkan kedua
peran mana Pengusaha juga bertindak sebagai Manajer. Di bisnis lain, Pengusaha
menyewa Manager untuk menjalankan perusahaannya untuknya.
Dalam rangka memberikan perbedaan jelas antara kedua posisi ini, berikut beberapa poin utama yang membedakan.
Dalam rangka memberikan perbedaan jelas antara kedua posisi ini, berikut beberapa poin utama yang membedakan.
Perbedaan
utama, pengusaha adalah pemilik bisnis, karena itu dia menanggung semua ketidakpastian
dan resiko yang terlibat dalam mengoperasikan organisasi, sedangkan Manajer
adalah karyawan yang dipekerjakan dan tidak menghadapi risiko langsung.
Tujuan dari Pengusaha adalah untuk menciptakan dan berinovasi ide bisnis. Manajer menempatkan ide-ide menjadi tindakan dan mengimplementasikan rencana.
Pengusaha memulai sebuah usaha bisnis untuk keuntungan dan memiliki saham pribadi di dalamnya. Manajer menyediakan layanan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dimiliki dan didirikan oleh orang lain. Pendapatan Pengusaha lebih pasti karena tergantung pada kinerja bisnis. Di sisi lain, Manajer, menjadi karyawan dipekerjakan, dapat mengharapkan gaji bulanan tetap karena kompensasinya tidak tergantung pada kinerja organisasi.
Tujuan dari Pengusaha adalah untuk menciptakan dan berinovasi ide bisnis. Manajer menempatkan ide-ide menjadi tindakan dan mengimplementasikan rencana.
Pengusaha memulai sebuah usaha bisnis untuk keuntungan dan memiliki saham pribadi di dalamnya. Manajer menyediakan layanan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dimiliki dan didirikan oleh orang lain. Pendapatan Pengusaha lebih pasti karena tergantung pada kinerja bisnis. Di sisi lain, Manajer, menjadi karyawan dipekerjakan, dapat mengharapkan gaji bulanan tetap karena kompensasinya tidak tergantung pada kinerja organisasi.
Pengusaha ini tidak dihadapkan
dengan pilihan untuk berbuat tidak senonoh di tempat kerja karena ia memiliki
kepentingan pribadi dalam bisnis, sedangkan Manajer mungkin curang dengan tidak
memberikan yang terbaik di tempat kerja karena penghasilannya tidak ditentukan
oleh kinerja perusahaan.
Menjadi pemilik
perusahaan, Pengusaha tidak selalu diperlukan untuk memiliki kualifikasi
pendidikan tertentu atau kualitas tertentu seperti pemikiran inovatif, prestasi
tinggi, risiko-bantalan kemampuan dan pemikiran, meskipun semua ini sangat penting
untuk pola pikir kewirausahaan. Adapun Manajer, itu adalah wajib baginya untuk
dididik dalam bidang teori dan praktek manajemen. Pengusaha dapat melakukan
kesalahan atau gagal dan bertanggung jawab kepada siapapun kecuali dirinya
sendiri. Namun, Manajer membuat setiap usaha untuk tidak membuat kesalahan.
Sebanyak yang ia bisa, ia akan mencoba untuk menunda kegagalan.
Paling sering, Pengusaha memiliki pengalaman yang terbatas dan pengetahuan dan oleh karena itu perspektif tentang praktik bisnis tertentu mungkin sempit. Sebaliknya, Manajer khas arus organisasi dengan profesionalisme dan membawa ide-ide segar yang tak ternilai, perspektif dan pendekatan untuk pemecahan masalah dan pemecahan masalah.
Kecuali dia transfer kepemilikan bisnis untuk orang lain, Pengusaha tidak pada risiko kehilangan posisi di perusahaan, tetapi Manajer akan dipecat dan kehilangan pekerjaannya jika top manajemen tidak terkesan oleh kinerja manajemennya.
Paling sering, Pengusaha memiliki pengalaman yang terbatas dan pengetahuan dan oleh karena itu perspektif tentang praktik bisnis tertentu mungkin sempit. Sebaliknya, Manajer khas arus organisasi dengan profesionalisme dan membawa ide-ide segar yang tak ternilai, perspektif dan pendekatan untuk pemecahan masalah dan pemecahan masalah.
Kecuali dia transfer kepemilikan bisnis untuk orang lain, Pengusaha tidak pada risiko kehilangan posisi di perusahaan, tetapi Manajer akan dipecat dan kehilangan pekerjaannya jika top manajemen tidak terkesan oleh kinerja manajemennya.
Dalam sebuah
perusahaan, Pengusaha dapat Manajer, namun Manajer tidak dapat Pengusaha.
Pengusaha adalah bergairah tentang pengembangan dan konsep inovasi bisnis dalam
rangka untuk menempatkan organisasinya ke tingkat yang lebih tinggi. Dia
memiliki pilihan untuk mempekerjakan seorang Manajer dalam rangka untuk
melakukan beberapa peran dan fungsi seperti penetapan tujuan, kebijakan dan
aturan, dll. Tapi bahkan dengan susunan seperti tugas, Manajer tidak dapat
menggantikan Pengusaha karena Manajer harus melakukan sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan oleh Pengusaha.
Kedua peran dari Pengusaha dan Manajer sangat penting dalam menjalankan bisnis karena mereka menciptakan "budaya" di tempat kerja. Jika pemimpin yang sangat baik, mereka dapat model keunggulan tersebut kepada tim mereka. Seorang pemimpin yang baik seharusnya tidak memerlukan bawahannya menjadi sesuatu yang dia sendiri tidak.
Memahami perbedaan-perbedaan ini akan sangat membantu dalam memulai bisnis atau perampingan perusahaan yang ada.
Kedua peran dari Pengusaha dan Manajer sangat penting dalam menjalankan bisnis karena mereka menciptakan "budaya" di tempat kerja. Jika pemimpin yang sangat baik, mereka dapat model keunggulan tersebut kepada tim mereka. Seorang pemimpin yang baik seharusnya tidak memerlukan bawahannya menjadi sesuatu yang dia sendiri tidak.
Memahami perbedaan-perbedaan ini akan sangat membantu dalam memulai bisnis atau perampingan perusahaan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Domingo, Rene T, Quality
means Survival: Caveat Vendidor Let The Seller Beware. Singapore : Prentice
Hall. 1997.
Froggatt, Wayne. 2004. Choose
to be Happy: Panduan Membentuk Sikap Rasional dan ealistik. Jakarta :
Bhuana Ilmu Populer.
Griffin W. Ricky dan Ebert
J. Ronald, Business, edisi-5. New Jersey : Prentice Hall International
Inc.1999.
Heller, R. 2003. Selling
Successfully. Jakarta: Dian Rakyat.
Hughes Richard L., Ginnett
Robert C., dan Curphy Gordon J., Leadership, third edition. Singapore :
Irwin/McGraw-Hill. 1999.
Kusnadi, Masalah,
Kerjasama, Konflik, dan Kinerja (Kontemporer & Islam). Malang : Taroda.
2002.
Lesmana, R. dan Rudy
Surjanto. 2003. Financial Perforance Analyzing Pedoman Menilai Kinerja Keuangan
Untuk Perusahaan Tbk., Yayasan, BUMN, BUMD, dan Organisasi Lainnya. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Lindsay M. William dan
Petrick A. Joseph, Total Quality and Organization Development. Florida:
St. Lucie Press. 1997.
Meredith, G.G. 1996. Kewirausahaan
Teori dan Praktik. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo. Maslow Abraham, 1970,
Motivation and Personality, New York: Harper & Row.
Merrill, Mike. 2005. Dare
to Lead: Strategi Kreatif 50 Top CEO untuk Meraih Kesuksesan. Jakarta :
Bhuana Ilmu Populer.
Nierenberg, Gerald I..
& Hendry H. Calero. 2008. Membaca Pikiran Orang Seperti Membaca Buku.Jogjakarta:
Think.
Percy, Ian. 2003. Going
Deep: Menjelajahi Kedalaman Spiritualitas dalam Hidup dan Kepemimpinan.Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
Peters, T. 2001. The
Brand You 50 (50 Cara Mengubah Merek Diri Anda). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Peterson W. Marvin, at.
all, Planning and Management for a Changing Environment. San Francisco:
Jossey-Bass Publishers. 1997.
Porter, Michael E. 1992. Competitive
Strategy. New York: The Free Press.
Richard M. Steers dan Lyman
W. Porter, Motivation And Work Behavior. New York: McGraw-Hill International
Edition. 1991.
Robbins,
Stephen P. and Nancy Langton. 2001. Organization Behavior. 2nd ed..
Canada: Pearson Education.
Rukka, Muhammad Rusli.
2011. Buku Ajar Kewirusahaan -1.. Makassar :Lembaga Kajian dan Pengembangan
Pendidikan Universitas Hasanuddin.
Steers, Richard M. 1980. Effectivitas
Organisasi. terjemahan. Jakarta: Erlanggga. Sutermeister, Robert A. 1976. People
and Productivity. Third Edition. New York: McGraw- Hill Book Co. 1976.
Suryana. 2004.:Modul
Kewirausahaan SMK.. Jakarta, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Sweeney, Paul D.. &
Dean B. McFarlin. 2002. Organizational Behavior: Solution for Management.
International Edition. Boston: McGraw-Hill Higher Education.
Thomas, Alan J. 1985. The
Productive School: a System Analisys Approach to Educational
Administration. Chicago: University Press.
Timpe, 1991c. Memotivasi
Pegawai. Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis. Edisi Bahasa Indonesia
Jakarta: Gramedia.
Turner, Suzanne. 2005. Tools
for Success: Acuan Konsep Manajemen bagi Manajer dan PraktisiLainnya.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
West A. Michael, Developing
Creativity in Organizations, terjemah Bambang Shakuntala. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. 2000.
Winardi, Asas-asas
Manajemen. Bandung: Penerbit Mandar Maju. 2000.
Yager, Jan. 2005. Creative
Time Management. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Zohar, Danah & Ian
Marshal. 2006. Spiritual Capital: Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis. Bandung
: Mizan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar