Sabtu, 22 Juli 2017

Contoh Kasus : Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)

Kasus : Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)

LEMBAR KASUS

Dini (bukan nama sebenarnya), dia siswa SMA kelas 3. Dini baru berpacaran dengan Doni (bukan nama sebenarnya) selama enam bulan. Pulang sekolah mereka seringkali tidak langsung pulang ke rumah, tetapi bermain di tempat-tempat hiburan. Suatu hari Dini merasa tubuhnya lemas dan mengantuk terus, dia juga enggan beraktivitas. Selain itu, setiap kali makan, perut rasanya mual bahkan dia kemudian muntah-muntah.
Satu minggu Dini mengalami perasaan tidak nyaman, tetapi dia tidak tahu ada apa dengan dirinya. Suatu saat, Dini merasa gelisah karena pada tanggal dan bulan di mana dia seharusnya mendapatkan mestruasi (haid) ternyata tidak datang juga. Semakin hari, Dini semakin gelisah karena haidnya tidak kunjung datang. Dini mengungkapkan kegelisahannya kepada Doni (sang pacar). Doni hanya mengatakan, ”paling-paling kamu kecapaian jadi mensnya nggak keluar”. Namun, Dini menyangkal bahwa dia kelelahan. Dini menyatakan bahwa dirinya takut hamil sebagai akibat hubungan seksual yang pernah dilakukannya dengan Doni. Doni menenangkan Dini dengan mengatakan, ”Jangan khawatir, kalaupun hamil aku akan bertanggung jawab”.
Dini agak merasa tenang, tetapi dia kembali mengkhawatirkan sekolahnya. Apabila dirinya hamil apakah dia masih diperbolehkan sekolah. Semakin bulan kehamilannya semakin besar dan tidak mungkin ditutupi lagi. Kedua orang tuanya sangat marah dengan apa yang dilakukan Dini. Mereka meminta bertemu dengan Doni dan kedua orang tuanya untuk membicarakan kehamilan Dini. Dalam pertemuan itu, orang tua Doni meminta waktu untuk memikirkannya karena mereka khawatir dengan sekolahnya dan bahkan meminta agar pernikahan ditangguhkan sampai selesainya ujian sekolah. Ayah Dini keberatan karena kehamilan Dini semakin besar.
Sayang, Doni dan kedua orang tuanya tidak mempunyai itikad baik. Mereka benar-benar melaksanakan niatnya untuk tidak menikahkan Doni dengan Dini segera. Oleh karena kehamilannya semakin membesar, Dini dikeluarkan dari sekolah karena dianggap mencemarkan nama baik sekolah, sedangkan Doni oleh kedua orang tuanya dipindahkan sekolah. Ayah Dini begitu marah, dia meminta kepada Dini untuk tidak berpacaran dan bertemu lagi dengan Doni. Bahkan sang ayah meminta Dini untuk menggugurkan kandungannya karena dianggap memalukan keluarga, hamil tidak memiliki suami. Ibu Dini dan Dini hanya bisa menangisi nasib Dini. Apalagi Dini tidak pernah dihubungi lagi oleh Doni, bahkan jika dihubungi Doni tidak mengangkat telpon.
          Ayahnya terus meminta Dini untuk menggugurkan kandungannya karena beliau tidak mau mempunyai cucu dari laki-laki yang dianggapnya bejat. Dengan sedih, Dini diantar sang ibu ke sebuah klinik yang melayani aborsi. Dini merasa sangat takut, dia tidak siap. Seorang petugas yang melayani menanyakan kesiapan Dini, dia hanya bisa menangis. Dini sebenarnya ingin mempertahankan kehamilannya, tetapi dia tidak kuasa menolak kehendak ayahnya yang sedang marah. Ketika aborsi terjadi pada usia kehamilan mendekati enam bulan, Dini mengalami perdarahan hebat, padahal saat itu keluarganya belum menyediakan darah. Enam jam pasca persalinan paksa, Dini meninggal dunia karena kehilangan banyak darah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar