Tanah Longsor di Indonesia
(Dian Adi Perdana Ridwan)
Tanah
longsor sangat berdampak besar bagi stabilitas ekonomi dan sosial masyarakat,
tanah longsor merupakan salah satu dari beberapa bencana alam yang murni lahir
dan terjadi karena perubahan alam baik itu cuaca, kepadatan tanah, minimnya
erosi dan hal lain yang bisa menjadi cikal bakal tanah longsor. Tanah longsor
sudah ada sejak dibuatnya bumi tercinta ini, adanya peristiwa tanah longsor
merupakan kehendak Tuhan dalam menstabilkan alam ini demi mencapai kebaikan
yang haqiqi dan menghilangkan keburukan.
Secara
religiusitas, bahwasanya Tuhan memberikan bencana berupa tanah longsor ialah
tidak lain untuk mengingatkan manusia kepada kebenaran, mengembalikan manusia
pada jalan yang lurus dan menghancurkan ego keburukan yang dimiliki khalifah
fil ardl ini. Tanah longsor dapat meluluhlantahkan beribu hektar tanah dan
membunuh makhluk hidup dalam waktu yang relatif singkat. Dalam firman-Nya
(Al-Mu’minun :18)
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ
مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الأرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ
لَقَادِرُونَ
|
Artinya : “Dan Kami turunkan air dari
langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya”.
Secara
geologis, tanah longsor merupakan retaknya kulit bumi dan minimnya kepadatan
tanah yang ada sehingga menimbulkan pemerataan tanah dari tempat yang tinggi
menuju dataran rendah demi menciptakan kepadatan tanah yang ideal secara alami.
Menurut catatan Teks Draft pertama dari USGS fact sheet Inggris bahwa longsor
ialah gerakan tanah yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah
dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar
tanah. Dan disebutkan juga didalamnya beberapa faktor yang berpengaruh terjadinya
longsor :
Ø Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan,
sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng gunung
bertambah curam.
Ø Lereng bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang
diakibatkan hujan lebat.
Ø Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada pertikel-pertikel
mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan
longsornya lereng-lereng tersebut.
Ø Gunung berapi menciptakan simpenen debu yang lengang, hujan lebat
dan aliran debu-debu.
Ø Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak
bahkan petir.
Ø Berat yang berlebihan misalnya terkumpulnya hujan atau salju.
Ada
salah satu contoh peristiwa yang kini sedang up to date dalam
pemberitaan media di Indonesia perihal tragedi tanah longsor di Jemblung,
Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara pada 12 Desember 2014. Dalam beberapa
artikel menjelaskan, bahwa Telaga Lele yang tepat berada di atas desa Jemblung
merupakan kolam air yang memiliki diameter 30 M dan kedalaman 1 M. Akan tetapi,
perlu kita ketahui di dalam tanah sekitarnya banyak lubang-lubang tanah yang
berisi air dan ini merupakan bukti tidak padatnya tanah di sekitar desa
tersebut dan sewaktu-waktu akan runtuh dan menimbulkan bencana bagi masyarakat
sekitar. Sebelum kejadian tersebut terjadi, masyarakat sudah diingatkan dengan
tanda-tanda bencana alamiah, yaitu munculnya ribuan ikan lele di sawah dan
perairan milik masyarakat, terjadinya longsor kecil yang menutupi jalan utama
desa dan lebatnya hujan yang mengguyur daerah tersebut.
Beberapa
tanda-tanda bencana tanah longsor di atas merupakan alternatif pengetahuan kita
dalam menyikapi tanah longsor yang suwaktu-waktu menimpah. Apalagi posisi
Indonesia sebagai negara kepulauan yang hanya memiliki 2 musim yaitu, kemarau
dan penghujan merupakan sebagai tanda utama betapa bahayanya negeri ini dengan
berbagai ancaman alam yang akan datang dengan tidak terduga. Di sisi lain,
tanah longsor merupakan bencana alam yang paling sering menimpah Indonesia
seperti yang tercatat dalam sejarah Indonesia bahwa peristiwa tanah longsor di
Banjarnegara menjadi bencana longsor paling besar di Indonesia karena luasnya
titik bencana dan setengah penduduknya hilang serta meninggal pada tragedi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar